Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Jakarta, Jubi – Kelompok militan Taliban membatalkan perundingan damai dengan perwakilan Amerika Serikat, Zalmay Khalilzad, yang seharusnya berlangsung mulai hari ini, Rabu (9/1/2019) di Qatar. Alasan mereka lantaran tidak sepakat dengan agenda, terutama terkait keterlibatan pemerintah Afghanistan.
Sebuah sumber Taliban mengatakan, perwakilan AS berkeras supaya Taliban bertemu dengan pemerintah Afghanistan di Qatar. Ia mengatakan kedua belah pihak, AS dan Afghanistan, telah sepakat untuk menyatakan gencatan senjata pada 2019.
Sumber-sumber Taliban mengatakan mereka juga menuntut pemerintah AS membebaskan 25 ribu anggotanya, dan mereka akan membebaskan 3 ribu tawanan mereka. Namun, Khalilzad belum tertarik membahas hal itu.
"Kami tidak akan pernah mengumumkan gencatan senjata apapun sampai kami mendapat keuntungan. Kami curiga Zalmay Khalilzad tidak memiliki cukup kekuatan untuk membuat keputusan penting," kata seorang petinggi Taliban yang enggan disebutkan namanya.
Sebelumnya salah satu petinggi Taliban telah mengonfirmasi rencana perundingan damai selama dua hari, yakni Rabu dan Kamis, di Qatar dengan Zalmay Khalilzad.
Awalnya perundingan damai direncanakan akan digelar di Arab Saudi pada bulan ini. Namun, kelompok militan Taliban menolak hadir dengan alasan menghindari tekanan Saudi yang ingin melibatkan pemerintah Afghanistan.
Para petinggi kelompok bersenjata itu kemudian meminta mengalihkan lokasi perundingan ke Qatar. Perundingan damai ini akan menjadi yang keempat dengan tujuan mengakhiri perang yang sudah berkecamuk selama 17 tahun di Afghanistan.
Menanggapi pertemuan ini, Duta Besar AS di Kabul, Afghanistan, John Bass, mengatakan dalam cuitan melalui akun Twitter bahwa laporan pembicaran AS-Taliban yang dikabarkan akan digelar Rabu itu tidak akurat. Taliban, kata Bass, seharusnya mau berbicara dengan Afghanistan sebagaimana mereka mau berbicara dengan media massa.
Dalam cuitan terpisah di akun Twitter, kedutaan AS di ibukota Afghanistan juga menekankan perundingan antara Taliban dan Afghanistan sangat penting untuk menyelesaikan konflik.
Kementerian Luar Negeri Afghanistan kemudian mengumumkan Zalmay Khalilzad akan memimpin delegasi antarlembaga ke India, China, Afghanistan dan Pakistan dari 8 sampai 21 Januari. Utusan AS untuk Afghanistan itu akan bertemu dengan petinggi di setiap negara tersebut untuk memfasilitasi diskusi intra Afghanistan untuk urusan politik.
"Dalam hal ini AS bertujuan mendorong dialog dengan Afghanistan tentang bagaimana mengakhiri konflik, dan untuk mendorong semua pihak bersatu di meja perundingan dan menyelesaikan konflik politik," tutur pernyataan tersebut.
Perang di Afghanistan merupakan intervensi militer luar negeri terpanjang bagi AS. Mereka telah menghabiskan hampir US$1 triliun (sekitar Rp14 ribu triliun) dan menewaskan puluhan ribu orang.
Meskipun sebagian besar pasukan AS di Afghanistan sudah ditarik kembali sejak 2014 lalu, masih ada sekiar 14 ribu tentara yang menjalan misi di sana.
Beberapa waktu lalu, Angkatan Bersenjata Amerika Serikat menyatakan telah diperintah untuk segera memulangkan prajurit yang ditugaskan di Afghanistan. Namun, dikabarkan mereka hanya akan menarik setengah dari jumlah keseluruhan tentara yang ditugaskan. (*)