Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Pesta kembang api menjadi momen tak terpisahkan dari perayaan menyambut tahun baru. Hampir seluruh masyarakat di dunia ikut menyambut tahun baru dengan membakar kembang api. Baik itu dilakukan bersama keluarga dan teman, maupun melibatkan banyak orang.
Di Papua, secara khusus di Kota Jayapura, pergantian tahun baru tentu akan dirayakan dengan pesta kembang api. Jika diperhatikan tiap pergantian tahun semangat masyarakat di Kota Jayapura sangat tinggi.
Antusiasnya masyarakat Kota Jayapura menyambut tahun baru tentu mendatangkan peluang bisnis bagi pedagang kembang api. Mereka bahkan mampu meraup keuntungan hingga puluhan juta.
Begitulah yang dirasakan Zulfikar, pedagang kembang api atau petasan di Kota Jayapura. Ia bahkan mampu mengantongi keuntungan bersih hingga Rp30 juta dari berjualan kembang api.
Zulfikar sudah berjualan kembang api dari 2009. Berdasarkan pengalamannya masyarakat yang berada di Kota Jayapura sangat royal membeli kembang api dibandingkan dengan masyarakat yang ada di provinsi lain di Indonesia.
“Kota Jayapura identik dengan kembang api dan masyarakatnya palingan royal beli petasan. Bisa dibilang peminat paling bagus ada di Kota Jayapura,” katanya kepada Jubi.
BACA JUGA: Untung hingga Rp15 juta dari berjualan lampu hias Natal di Kota Jayapura
Alasan royal dan peminat paling bagus itulah yang membuat Zulfikar memilih untuk berjualan kembang api setiap tahun. Ia biasa berjualan hingga pukul 12 malam di depan Saga Abepura.
Zulfikar yang sehari-hari sebagai sopir grab di Kota Jayapura itu mengeluarkan modal Rp30 juta. Kembang api yang dijualnya dipasok dari Surabaya yang kemudian dipasarkan mulai dengan harga seribu hingga harga termahal Rp3,7 juta.
“Petasan kotak itu yang paling mahal. Saya jual yang merek Sun,” ujarnya.
Zulfikar juga memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan WhatsApp untuk memasarkan petasan. Ini ia lakukan agar cepat laku dan tidak ada yang sampai tersisa.
“Saya tidak pernah kasih sisa petasan, kalau masih ada saya obral yang penting semua terjual. Kalau disimpan bisa jadi bahaya nanti karena bisa meledak. Kita tidak tahu kapan musibah datang,” katanya.
Pedagang kembang api lainnya, Rossi mengaku keuntungan berjualan kembang api sangat menjanjikan. Ia mampu memperoleh pendapatan hingga Rp20 juta.
Pria 35 tahun asal Kendari tersebut sudah berjualan kembang api selama 14 tahun di Kota Jayapura. Mula sekaliia berjualan di depan Topaz, kemudian pindah ke depan Mega Waena.
Rossi yang kesehariannya adakah sebagai sopir taksi trayek Abepura – Waena ini mengeluarkan modal Rp35 juta. Ia menjual petasan merek TOP yang didatangkan dari Surabaya.
“Merek TOP itu paling aman, sudah ada dari dulu sebelum banyak merek yang lain muncul,” ujarnya.
Rossi menjual kembang api dari harga seribu sampai dengan yang termahal Rp700 ribu. Ia sudah berjualan sejak 4 Desember 2021 dan berencana berjualan hingga 31 Desember 2021. Ia berjualan dari pukul 6 sore hingga pukul 11 malam.
Jika Zulfikar dan Rossi telah bertahun-tahun berjualan petasan di Kota Jayapura, Muslimin baru mencoba peruntungannya tahun ini.
“Saya baru pertama kali jualan petasan,” katanya.
Pria 36 tahun asal Buton tersebut tertarik karena memperhatikan pelanggan petasan cukup bagus di Kota Jayapura. Untuk berjualan Muslimin mengeluarkan modal sekitar Rp15 juta. Kemudian menjualnya dengan harga Rp3 ribu hingga harga termahal Rp450 ribu.
“Sudah tiga hari jualan, baru Rp200 ribu yang masuk kantong. Pelanggan masih sepi soalnya beberapa hari ini hujan terus,” ujarnya. (*)
Editor: Syofiardi