Tahun ajaran baru, 3.457 anak di Nduga tak bersekolah

Anak-anak sekolah yang berada di sekolah darurat Weneroma pada Februari 2019-Jubi/Islami

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Wamena, Jubi – Sebanyak 3.457 anak sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA di sejumlah distrik di Kabupaten Nduga, hingga kini belum bisa belajar di bangku sekolah sebagaimana biasanya.

Read More

Hal itu dipengaruhi pasca konflik yang terjadi di Nduga sejak Desember 2018 hingga kini, mengakibatkan proses belajar mengajar di distrik-distrik yang berkonflik belum kondusif.

Hal itu juga terjadi bagi anak-anak yang berada di sekolah darurat Weneroma bagi pengungsian di Kabupaten Jayawijaya. Sejak Ujian Nasional tahun ajaran lalu, hingga kini anak-anak tersebut tidak lagi mengenyam pendidikan.

Sekretaris Daerah Nduga, Namia Gwijangge menyebutkan jika dari 3.457 anak itu terdiri dari 17 SD, 4 SMP dan 1 SMA seperti SD Inpres Mbua, SD Negeri Dal, SDN Mbulmuyalma, SDN Yigi, SDN Lambema, SDN Nirkuri, SDN Yal, SDN Kurigi, SD Mugi, SDN Mapenduma, SDN Kagayem.

Untuk tingkat SMP yaitu SMP Negeri Mbua, SMP Negeri Mugi, Yigi dan Mapenduma dan SMA Mbua.

“Untuk sementara proses belajar mengajar di sekolah darurat di Weneroma tidak jalan, juga siswa sekolah lainnya itu yang mengungsi. Tetapi ada beberapa sekolah yang berjalan seperti biasa yaitu sekolah di bagian ibu kota Keneyam, Wosak, Ineye, dan beberapa lainya,” kata Gwijangge kepada wartawan di Wamena, Senin (29/7/2019).

Menurut dia, beberapa waktu lalu telah dibuat sekolah darurat di halaman gereja Weneroma. Sudah berapa kali pula pemerintah daerah Nduga menawarkan ke orang tua siswa untuk meneruskan pendidikan di sejumlah sekolah di Jayawijaya yang telah ditunjuk.

“Tetapi mereka tidak mau juga menggunakan ruang kelas yang diberikan pemerintah Jayawijaya. Padahal, sesuai kesepakatan waktu itu anak-anak dari Jayawijaya mereka mengikuti proses pendidikan di pagi hari, di siang harinya bergantian anak dari Nduga dan juga guru-gurunya yang menggunakan sekolah itu untuk belajar, tetap ada penolakan,” kata Gwijangge.

Ia juga berharap khusus untuk anak-anak yang masuk kelas 1 SD dapat daftar di sekolah yang ada di Jayawijaya, lalu yang lain bisa masuk di sekolah di Keneyam.

“Di Keneyam juga banyak anak-anak yang kumpul di sana, sehingga dalam waktu dekat kami akan bangun gedung sekolah darurat di Keneyam untuk menampung anak-anak itu,” katanya.

Ia juga menyebutkan jika sesuai kesepakatan antara kepala dinas pendidikan, mereka sepakat bahwa guru orang asli Papua yang ada di Mbua, Dal, Mbulmuyalma, dengan siswanya akan kembali. Sedangkan untuk guru non Papua akan diarahkan mengajar di ibu kota kabupaten.

Upaya pemerintah daerah Nduga agar mereka bersekolah lagi, kata Namia, terus dilakukan seperti memasukan di sekolah distrik terdekat seperti di Keneyam maupun distrik yang tidak ada masalah.

“Kita akan lakukan tergantung kondisi di daerah, kalau sudah kondusif dan normal serta ada kesepakatan atau kemauan orang tua maupun anak-anak siap mau kembali pasti kita kembalikan. Namun untuk saat ini belum bisa kita pastikan, kita harus bicara dulu karena jika dipaksakan. Nantinya mereka menjadi korban lagi, sehingga datang menuntut lagi ke pemerintah sehingga perlu hati-hati kepada orang tua, ditambah relawan-relawan ada sikap keras menahan anak-anak, mereka mau harus di Wamena dan akan kita lihat lagi nantinya,” katanya.

Ia juga menambahkan, nantinya Pemda Nduga akan coba berkoordinasi dengan kabupaten lainnya seperti Lanny Jaya, Mimika, agar anak-anak yang ikut mengungsi bisa bersekolah di pengungsian mereka.

“Pasti akan ada solusi, antara membangun lagi sekolah darurat atau permanen atau seperti apa kami akan lakukan termasuk mereka yang ada di Lanny Jaya, Timika, kami akan koordinasi kerjama dengan pemda setempat supaya kita memberikan

kemudahan untuk mendapatkan pendidikan anak-anak disana,” ujarnya.

Jayawijaya beri kemudahan

Padahal sebelumnya, pemerintah Kabupaten Jayawijaya telah memberi kemudahan dengan mempersilahkan anak-anak sekolah dari Nduga untuk menggunakan beberapa sekolah, jika diperlukan.

Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua saat itu menyampaikan mendukung penuh anak-anak sekolah asal Nduga yang membutuhkan tempat untuk belajar. Ada dua sekolah yang disiapkan di seputaran Ilekma yaitu sekolah di Ilekma atau di Napua.

“Tergantung hasil kesepakatan Sekda Nduga dengan pengurus maupun orang tua yang ada di gereja Weneroma nantinya. Kapan saja mereka mau gunakan ruangan untuk belajar mengajar hingga ujian, pemerintah Kabupaten Jayawijaya siap memberikan dukungan,” kata Banua saat itu.

Jika memang sekolah yang disiapkan belum bisa memenuhi jumlah siswa yang ada, maka pemerintah Jayawijaya mempersilahkan untuk mempergunakan gedung pertemuan yang ada di Wamena.

“Kita tidak perlu memikirkan MoU dulu, tetapi bagaimana pelayanan yang harus didahulukan,” katanya.

Sekolah darurat Weneroma tak lagi digunakan

Jubi yang mencoba memantau situasi kondisi sekolah darurat di halaman Gereja Kingmi jemaat Weneroma, Ilekma, Jayawijaya, menemukan ruang kelas di sekolah itu sudah tidak terpakai lagi.

Meski pondasi kayu yang digunakan untuk sekolah darurat itu masih berdiri kokoh, namun dinding tempat belajar yang hanya beralas terpal/tenda sudah mulai sobek.

Kondisi sekolah darurat di halaman Gereja Kingmi Jemaat Weneroma, Ilekma, Jayawijaya yang rusak dan tidak digunakan lagi-Jubi/Islami

Seorang relawan, Ence Geong yang coba dikonfirmasi menjelaskan telah ada pembicaraan dengan Dinas Pendidikan Nduga, bahwa kondisi di sana belum aman untuk masyarakat apalagi anak-anak, maka relawan siap untuk memperbaiki sekolah darurat yang sudah rusak itu.

“Setelah ujian kenaikan kelas dan kelulusan kemarin, kami telah bicarakan dengan Dinas Pendidikan bahwa jika kondisi Nduga belum aman untuk masyarakat, maka kami akan kembali memperbaiki sekolah darurat yang ada. Tapi beberapa hari ini, ketika kami ingin memperbaiki sekolah, kami mendapatkan informasi kalau Sekda Nduga memerintahkan dinas pendidikan agar proses belajar mengajar tidak dilakukan di Weneroma lagi,” kata Ence.

Mengenai jumlah anak sekolah yang saat ini ada di Jayawijaya, kata Ence, tim relawan belum dapat memastikan jumlahnya, karena pasti ada siswa baru di setiap sekolah.

“Kami berharap hak anak-anak akan pendidikan harus dipenuhi. Tetapi kami melihat kondisi Nduga belum aman, hal ini dibuktikan dengan masih banyak pengungsi di Wamena dan daerah lainnya,” katanya. (*)

Editor: Syam Terrajana

 

Related posts

Leave a Reply