Sweeping aparat gabungan mulai meresahkan, masyarakat Dogiyai akan datangi DPRD

Portal Berita Tanah Papua No. 1 | Jubi ,

Paniai, Jubi – Masyarakat Kabupaten Dogiyai akan menggelar aksi damai Senin, (16/1/2016) mempertanyakan sweeping yang dilakukan oleh aparat keamanan di Moanemani, Dogiyai.

Hal itu dikatakan ketua tim Peduli Dogiyai Aman (PDA), Benny Goo karena menganggap sweeping aparat keamanan tersebut sudah melampaui batas dan mengakibatkan warga Dogiyai khawatir membawa pisau, parang, sikop dan lainnya.

“Padahal itu semua adalah alat untuk berkebun. (Akibat sweeping itu) Mama-mama dan Bapa-bapa yang baru pulang dari kebun jadi sasaran,” kata Goo kepada Jubi, Jumat (13/1/2017).

Hal itu dibenarkan Hanok Herison Pigai, Direktur LSM Yapkema berbasis di Paniai dan Dogiyai yang menekankan bahwa proses sweeping dan razia tersebut sudah meresahkan masyarakat Dogiyai setidaknya dua bulan terakhir.

“Mengamati tindakan polisi dua bulan terakhir ini sudah sangat meresahkan. Masyarakat sudah jadi korban kekerasan polisi. Khususnya Kapolres Nabire seharusnya memahami tradisi masyarakat di Meuwo yang sering membawa parang atau sekop untuk peralatan kerja, lalu polisi melakukan penyitaan dan masyarakat yang menolak mendapat kekerasan,” ujar Herison Pigai.

Dia mencontohkan korban kekerasan menimpa Hendrik Bobi yang mengalami bibir pecah, Neles Adii mengalami luka sobek di kepala dan Pigai Mabii mengalami luka lebam di mata. Hal yang sama juga dikatakan Agus Tebai, seorang warga Moanemani yang membenarkan aksi sweping menyebabkan sejumlah warga Dogiyai jadi korban.

Menanggapi berbagai kejadian tersebut, tim PDA berinisiatif menggelar aksi damai Senin mendatang.  “Kami ajak seluruh lapisan masyarakat, pada hari Senin, 16 Januari 2017 kita demo damai ke Kantor DPRD Dogiyai di Moanemani untuk mempertanyakan sweeping setiap hari di Dogiyai yang dilakukan oleh tim gabungan (Polisi dan Brimob),” ujar Benny Goo.

Kapolres Nabire membantah

Kepala Kepolisian Resor Nabire, Ajun Komisaris Besar Polisi Semmy Ronny Thabaa, membantah bahwa razia dan sweeping yang dilakukan aparat gabungan telah meresahkan masyarakat, apalagi hingga jatuh korban.

“Tidak betul ada korban luka, tolong korbannya siapa, dimana, dan kejadian kapan sampaikan pada kami detilnya. Kami lakukan itu untuk berikan rasa aman, seharusnya masyarakan terima kasih.” ujar Thabaa kepada Jubi melalui sambungan telpon Jumat (13/1/2017).

Menurut Thabaa sweeping tersebut adalah program nasional terkait pengamanan pilkada sebagai tindakan pencegahan. Oleh sebab itu, menurut dia, operasi dilakukan setiap hari.

“Sweeping dilakukan oleh teman-teman Brimob dan unsur TNI di Kabupaten Dogiyai serta Polsek Mapia itu berkaitan dengan operasi Mantap Praja Polres Nabire itu terpusat dari Mabes Polri dalam rangka pengamanan pemilukada serentak di Indonesia. Yang biasanya patroli sehari sekali maka bisa setiap hari,” kata Thabaa.

Sammy Thabaa mengaku jajarannya juga sekaligus melakukan pengamanan dari aktivitas peredaran minuman keras.

“Patroli ini salah satu tujuannya pencegahan secara preemtif dan preventif. Kalau ketemu (minol) kita sita, kita himbau, tidak boleh minum alkohol diaas 70 persen, tidak boleh bawa panah dalam kota terkait pemilukada, begitu.”

Kapolres menolak dituduh menyita alat-alat tajam warga masyarakat yang digunakan untuk bekerja.

“Alat atajam yang kita sita itu hanya pisau, sangkur, badik pisau-pisau kecil yang tersembunyi di badan. Parang juga kita lihat orangnya, kalau itu dibawa untuk pergi ke kebun ya tidak kita sita hanya kita imbau agar ditutup sarung atau koran, atau diikat bagian tajamnya agar tidak tampak,” ujar Thabaa.(*)

Related posts

Leave a Reply