Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1,
Sorong, Jubi – Setelah melaksanakan ekspedisi selama 20 hari di Cagar Alam (CA) Waigeo Barat dan Timur, hasil survey yang dilaksanakan tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Flora & Fauna International (FFI) ini akhirnya memaparkan hasil temuannya di kantor BKSDA Sorong, (14/10/2016) lalu.
Tim survey beranggotakan 27 orang ini menjelajahi dua cagar alam seluas kurang lebih 200.000 ha, sejak tanggal 19 September hingga 7 Oktober 2016, kecuali tim camera trap yang baru kembali pada tanggal 10/10. Sejak awal survey ini fokus pada empat hal yaitu burung, mamalia, herpetofauna (ular dan katak yang ada pada pegunungan dengan ketinggian lebih dari 600 mdpl) serta botani. Tujuan survey ini untuk mendapatkan informasi tentang keanekaragaman hayati.
"Hasil survey yang dilakukan ini menunjukkan Cagar Alam Waigeo Utara dan Tinur memiliki keanekaragaman hayati yang luarbiasa, sehingga harus dijaga keberadaannya. Kedua cagar alam ini merupakan laboratorium alam yang tiada duanya," ungkap Agung Setiabudi, Kepala BKSDA Provinsi Papua Barat.
Lanjut Agung, hasil survey selama 20 hari di kedua cagar alam tersebut menemukan keanekaragaman hayati yang sangat luar biasa baik flora maupun faunanya. Kondisi ini menunjukkan bahwa kedua kawasan cagar alam ini masih dalam kondisi terjaga dengan baik. Survey sekaligus mengidentifikasi ancaman terhadap keberlangsungan cagar alam, diantaranya keberadaan 51 jenis anggrek yang sayangnya belum semuanya teridentifikasi.
Di tempat yang sama, Fitria Rinawati, project manager FFI Raja Ampat, menyatakan survey kerjasama BKSDA dan FFI merupakan komitmen FFI untuk memengelola kawasan cagar alam dengan meningkatkan upaya pengelolaan di kawasan cagar alam Waigeo, sekaligus menunjukkan betapa potensi potensikekayaan alam yang luar biasa yang dimiliki Raja Ampat.
“Selain laut laut, potensi kawasan daratnya pun sangat berlimpah dan patut dijaga serta dilindungi,” kata Fitria. (*)