Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Jakarta, Jubi – Pemerintah Suriah membuka kembali Museum Nasional yang telah ditutup dan dikosongkan selama enam tahun sejak perang saudara di negara tersebut. Upacara pembukaan kembali museum tersebut dihadiri oleh pejabat pemerintahan, ahli arkeologi asing dan spesialis pemulihan di pusat Damaskus.
Pembukaan kembali museum disambut sebagai simbol kembalinya Suriah ke kehidupan normal atas kemenangan militer angkatan bersenjata melawan kelompok-kelompok bersenjata yang baru saja memborbardir pusat pemerintahan di ibukota.
"Pembukaan museum adalah pesan asli bahwa Suriah dan warisannya masih di sini, tidak terpengaruh oleh terorisme," kata Menteri Kebudayaan Suriah, Mohamed al-Ahmad, Selasa, (30/10/2018).
Konflik Suriah yang dimulai awal tahun 2011 telah merugikan warisan negara itu. Pihak berwenang menutup museum dan menyimpan lebih dari 300 ribu artefak, namun ada beberapa yang hancur dan dijarah saat pertempuran.
"Hari ini, Damaskus sudah pulih," ujar Mohamed, menambahkan.
Mantan Direktorat jenderal Barang Antik dan Museum, Maamoun Abdul-Karim, turut mengawasi penyembunyian artefak ke sejumlah tempat aman. Dia mengatakan, Suriah membutuhkan waktu bertahun-tahun dan kemampuan besar serta dana jutaan dolar untuk membuka kembali Museum Nasional.
"Sebenarnya ini adalah kemenangan yang sangat besar bagi negara. Ketika semua museum dibuka kembali secara nasional, maka kita dapat mengatakan bahwa krisis di Suriah berakhir," kata Karim.
Empat dari lima bagian museum akan dibuka kembali untuk memamerkan ratusan temuan arkeologi yang berasal dari era prasejarah, sejarah, klasik dan Islam. Artefak yang telah dipulihkan dan disita oleh pihak berwenang Suriah juga akan dipajang.
Para pengunjung dapat menyaksikan kembalinya ratusan artefak yang direklamasi dari Palmyra, yang dilumpuhkan oleh militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) selama berbulan-bulan. (*)