Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak 2020, para pelaku UMKM di Kota Jayapura terpaksa mencari alternatif agar usaha mereka tetap bertahan. Rata-rata dari mereka beralih memanfaatkan platform media sosial untuk memasarkan usaha.
Sunan, pemilik J-SMOK mengatakan sebagai pelaku usaha makanan dan minuman kondisi saat pandemi Covid-19 menjadi tantangan yang sangat berat baginya. Sebab segala aktivitas masyarakat ikut dibatasi yang berdampak langsung kepada usahanya.
“Ini benar-benar saya rasakan selaku pebisnis makanan dan minuman,” kata Sunan dalam acara Webinar Entrepreneurship dengan topik “Tetap eksis di tengah krisis akibat pendemi Covid-19”.
Sunan membuka usaha makanan dan minuman dengan nama “J-SMOK“. Ia menjalankan bisnis sejak Januari 2021, karena melihat kebanyakan masyarakat di Kota Jayapura pencipta kuliner. Kemudian terpikirlah untuk membuat bisnis kuliner yang unik yang memang belum ada di Jayapura.
BACA JUGA: Mama-mama penjual suvenir raup untung hingga puluhan juta di PON XX Papua
“J-SMOK, karena pengelolaan makanan saya dari pengasapan, tapi cita rasa makanannya lebih ke Manado, jadi agak berasa dan pedis,” ujarnya.
Sunan awalnya berjualan secara offline di Entrop, karena terjadinya pembatasan terus-menerus ia mengubah strategi dengan berjualan secara online. Cara inilah yang membuat bisnisnya tetap bertahan, tanpa harus membuka tempat berjualan langsung yang membutuhkan modal besar.
“Ketika ada pembatasan saya memutuskan tidak membuka offline, sementara itu saya melakukan efisiensi anggaran,” katanya.
Sunan mengatakan pos anggaran sewa tempat dialihkan ke beberapa pos anggaran yang lebih penting ketika menjalankan bisnis online. Misalnya membayar jasa pengantaran makanan atau tim pemasaran online.
“Digital marketing sangat penting di masa pandemi Covid-19 dan menekan pos-pos anggaran yang tidak diperlukan,” ujarnya.
Menurut Sunan dalam memasarkan usaha secara online penting agar membuat desain logo dan pengemasan yang menarik. Misalnya logo didominasi warna kuning, orange, dan merah, karena secara psikologis warna-warna ini menarik konsumen untuk tertarik kepada produk.
“Kita tahu semua logo dan ‘brand’ besar seperti Pizza Hut, KFC, dan McDonald’s tidak lepas dari warna itu,” ujarnya.
Selain itu, ia membuat konten foto dan video yang menarik untuk usahanya. J-SMOK dapat dipesan melalui akun Instagram @jsmok_jayapura dan Facebook @J-Smok.
“Bisnis saya adalah bisnis makanan berat, berupa daging sapi asap dan ayam asap,” ujarnya.
Mempermudah penjualan produk
Pelaku UMKM lainnya, Yakoba Womsiwor mengatakan memasarkan usaha secara online atau digital sistem sangat mempermudah proses penjualan produk dan meningkatkan pendapatan serta transaksi penjualan.
“Jujur saja, perusahaan kami dalam masa pendemi tidak goyang, bahkan dapat pemasukan yang luar biasa, bahkan lebih meningkat dari sebelum pandemi ketika menggunakan sistem digital,” kata Dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP Uncen, Papua tersebut.
Selain itu, kata Wamsiwor melalui digital sistem dapat menghubungkan usaha produk dari pasar lokal hingga internasional. Bahkan usahanya mendapat perhatian dan bekerja sama dengan organisasi Happin di Belanda.
“Dengan menggunakan sistem digital penjualan batik kita sudah ada yang pakai di Amerika, di Afrika, dan di Belanda. Bahkan teman-teman dari Belanda datang membangun hubungan dengan kami untuk memasarkan batik-batik kami,” ujarnya.
Wamsiwor yang menjalankan usaha bersama keluarganya bernama “Papua’s Canzone”. Setiap bulan ia mengirimkan produk untuk dipasarkan di Belanda. Produk yang dikirim berupa batik dan tas kulit dengan unsur batik.
“Kami berinovasi sehingga produk kami tidak sama dengan perusahaan lain, walaupun topiknya sama batik, tapi kami ada tas batik, kita kombinasi dengan kulit buaya, kulit sapi mix kulit dan batik. Itu keunikan yang coba ditampilkan sebagai strategi untuk bisnis kami,” katanya.
Selain itu, kata Wamsiwor, sebagai pengusaha dan bisa dipercaya dalam berbisnis harus menaati etika digital. Sebab membangun komunikasi bermedia sosial yang baik akan memberikan rasa percaya konsumen kepada produsen.
“Apalagi sebagai pengusaha, kita mencoba mematuhi etika digital dalam membangun jaringan dengan konsumen. Kita harus menanamkan rasa percaya orang terhadap kegiatan-kegiatan bisnis kita yang coba kita masuk dalam digital sistem. Tidak hanya bereforia, tapi bisa memberikan motivasi,” ujarnya. (*)
Editor: Syofiardi