Solomon peringati 75 tahun Pertempuran Guadalcanal

Papua No. 1 News Portal I Jubi,      

Honiara, Jubi – Bulan ini Kepulauan Solomon memperingati 75 tahun salah satu Kampanye Perang Dunia II paling signifikan, Pertempuran Guadalcanal.

Sejumlah acara diadakan guna memperingati Pertempuran Guadalcanal saat pasukan Sekutu mendarat di pulau-pulau di Guadalcanal di Solomon bagian selatan.

Dilansir RNZI, Selasa, (2/8/17) peringatan akan berlangsung selama lima hari, termasuk sebuah konferensi pada hari Sabtu di mana keluarga veteran dan pakar militer bertukar pandangan.

Kampanye yang dimulai pada 7 Agustus 1942 itu berlangsung selama lima bulan. Pertempuran itu adalah salah satu keberhasilan Amerika Serikat pertama dalam perang dunI II sekaligus menghentikan ekspansi militer Jepang melintasi Pasifik.

Kelompok Penjaga Pantai dan Pramuka Solomon juga menyelenggarakan konferensi bertemakan “Diantara Mereka yang Masih Ada; menjelajahi Perspektif Baru Perang Dunia Dua dari Pengalaman di Kepulauan Solomon’.

Para pembicara akan berbagi cerita tentang pertempuran besar, operasi 'di belakang garis' dan pertempuran udara pertama yang melibatkan pesawat tempur Amerika dan Jepang.

Juga akan ada cerita pengalaman dari penjaga pantai ditugaskan di sekitar Solomon saat memantau aktivitas Jepang.

 

Latar belakang

Berdasarkan keterangan nationalww2museum.org, Pertempuran Guadalcanal dipicu pasca serangan Jepang ke Pearl Harbor (7 Desember 1941). Angkatan Laut Imperial Jepang menduduki sejumlah pulau di sepanjang Samudera Pasifik barat, untuk tujuan membangun penyangga dan pertahanan melawan serangan Amerika Serikat dan pasukan sekutu, sekaligus akan memastikan penguasaan Jepang atas Asia Timur dan Pasifik.

Setelah kemenangan strategis Amerika Serikat di Pertempuran Laut Coral (4-8 Mei 1942) dan Midway (4-7 Juni 1942), perluasan Kekaisaran Jepang dihentikan. Angkatan Laut Imperial Jepang tidak lagi mampu melakukan kampanye ofensif besar-besaran sehingga pasukan sekutu bisa memulai serangan mereka sendiri di Pasifik.

Amerika Serikat memilih Guadalcanal, di rantai Kepulauan Solomon, sebagai kampanye ofensif pertama mereka di Pasifik. Solomon adalah wilayah jangkauan terjauh dari kontrol teritorial Jepang di Pasifik, dan akan menjadi pulau pertama dari banyak pulau lainnya yang akan direbut oleh AS dalam kampanye pelayaran tiga tahun yang brutal untuk mencapai dan mengalahkan Jepang.

Pertempuran

Kampanye Kepulauan Solomon (kampanye perebutan Guadalcanal—ed) berlangsung selama enam bulan yang terdiri dari sejumlah pertempuran besar di darat, di laut dan di air. Pasukan Amerika pertama kali mendarat di Guadalcanal, Kepulauan Solomon, Tulagi, dan Florida pada pagi hari tanggal 7 Agustus 1942.

Setelah pertempuran sengit, para marinir AS membersihkan Tulagi dan Florida pada 9 Agustus. Pasukan utama di Guadalcanal berhadapan dengan perlawanan di Lunga Point (yang kemudian dinamai Henderson Field). Namun segera pesawat angkatan laut Jepang menyerang kapal pengangkut dan pengawal serta bala bantuan Jepang dikirim ke Lunga Point.

Di hari-hari berikutnya, pertempuran pertama angkatan laut paling mematikan terjadi: Pertempuran Pulau Savo. Perebutan kontrol Guadalcanal (serta Henderson Field) dan perairan di sekitarnya, terus memakan korban pasukan, kapal, dan pesawat terbang dari kedua belah pihak, namun tanpa kemenangan yang jelas.

Sebagai invasi amfibi pertama di Pasifik, AS dikatakan banyak membuat kesalahan awal, termasuk tidak memiliki sumber daya yang tepat di areal pantai untuk bergerak dan masuk ke daratan. Tantangan logistik transportasi dan pasokan di Pasifik juga sangat besar.

Daerah hutan yang sulit, cuaca yang tidak ramah, kurangnya infrastruktur dan musuh yang siap berjuang sampai mati, telah memberi AS pelajaran atas apa yang kemudian disebut di sepanjang Pasifik disebut Teater Perang Pasifik. Tampaknya setiap kali AS berjuang meraih kemenangan, Jepang akan memasok kekuatan kembali ke Guadalcanal pada malam hari dan siap menghadapi lebih banyak pertempuran keesokan harinya.

Tapi akhirnya, Pasukan AS berada di atas angin. Pada bulan Februari 1943, Jepang menarik orang-orang terakhir mereka dan menyerahkan pulau itu kepada sekutu.

Kampanye Kepulauan Solomon memakan korban di pihak Sekutu sekitar 7.100 jiwa, 29 kapal dan 615 pesawat terbang. Sementara di pihak Jepang kehilangan 31.000 jiwa, 38 kapa,l dan 683 pesawat.

Selama dua setengah tahun berikutnya, AS menduduki Kepulauan Gilbert (Tarawa dan Makin), Kepulauan Marshall (Kwajalein dan Eniwetok), Kepulauan Mariana (Saipan, Guam dan Tinian), Iwo Jima dan Okinawa. Bersama setiap pulau yang berhasil direbut dari Jepang, AS bergerak mendekati Jepang.

Tumbuhnya superioritas di laut dan di udara, serta jumlah pasukan, membuat perasaan unggul di diri AS makin meningkat. Meskipun demikian, dimanapun pasukan Jepang bertemu pasukan AS, Jepang berjuang jauh lebih keras sebelum sanggup dikalahkan.(*)

 

Related posts

Leave a Reply