Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sejumlah SMA swasta di Jayapaura, Papua mulai membuka program SKS untuk siswa berprestasi dan berpotensi menyelesaikan pembelajaran lebih cepat.
Sekolah swasta tersebut adalah SMA YPPK Taruna Dharma, SMA YPPK Teruna Bhakti, SMA Kristen Kalam Kudus, SMA Hikmah Yapis, dan SMA Gabungan Jayapura
SMA Kristen Kalam Kudus Jayapura, Papua misalnya, mulai menerapkan pendidikan berbasis Sistem Kredit Semester (SKS) memasuki semester kedua.
Kepala SMA Kristen Kalam Kudus Jayapura Drs. Jerry Langi, MBA,MPd mengatakan dengan sistem tersebut siswa yang mempunyai bakat, prestasi, dan kemampuan di bidang akademik bisa terfasilitasi.
Program SKS, kata Jerry, sebenarnya sudah lama ada dengan nama “kelas percepatan” atau “kelas akselerasi”. Belakangan sistem ini disempurnakan dengan nama program SKS.
“Program ini diteruskan karena faktanya siswa yang mempunyai kemampuan lebih itu ada,” ujarnya.
Program SKS sudah diterapkan di SMA Kristen Kalam Kudus Jayapura, Papua dua semester dengan lama per semester hanya empat bulan. Program ini dibuka setelah sekolah melakukan konsolidasi, konsultasi, dan komunikasi dengan yayasan.
“Setelah mendapat respon baik dari yayasan dan pemerintah, kami menganalisis apakah ada siswa yang berpotensi mengikuti program, karena ada maka kami membuka program SKS mulai tahun ajaran 2020-2021 ini,” ujarnya.
Program SKS, kata Jerry, memungkinkan siswa menyelesaikan pembelajaran lebih cepat, hanya dua tahun. Program ini diikuti enam siswa Kelas X Jurusan IPA. Pembelajaran dilakukan secara daring dengan 15 guru dan empat guru tamu, salah satunya dari Jerman.
“Proses pembelajaran SKS agak berbeda, karena ada tambahan jam belajar siswa untuk lebih memperdalam bakat, kemampuan, dan minatnya,” katanya.
Belajar normal sampai pukul 3 sore. Namun siswa yang mengikuti Program SKS harus mengikuti tambahan dua jam lagi hingga pukul 5 sore.
“Itu untuk memperdalam minat dan bahkan untuk mengambil lintas minat mereka,” ujarnya.
Jerry berharap program SKS tidak berjalan begitu saja, melainkan didukung pengajar, fasilitas, dan bahan ajar yang berkualitas.
“Sehingga menghasilkan siswa yang berkualitas dan bersikap positif,” katanya.
Sekolah, kata Jerry, juga bekerja sama dengan orang tua siswa yang lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) serta doktor Teknik Universitas Hasanuddin dan Universitas Cenderawasih untuk membantu mengajar.
Ia berharap siswa yang masuk program SKS mampu menuntaskan pembelajarannya.
“Keberhasilan bukan sekedar lulus saja, karena lulus itu gampang, tapi prosesnya yang harus berkualitas sehingga menghasilkan anak-anak yang berkualitas,” ujarnya.
SMA YPKK Taruna Dharma Jayapura, Papua juga sudah menerapkan program SKS. Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMA YPKK Dra. Mujinah mengatakan program SKS di sekolahnya semester ini dimulai dari Kelas X Jurusan IPA. Pembelajaran tetap dilakukan secara virtual.
“Kami mulai dari anak-anak yang punya kecepatan belajar lebih dari gabungan Kelas X IPA 1, IPA 2, dan IPA 3, jumlahnya tidak terbatas tergantung nilai siswanya saja,” katanya.
Syarat siswa bisa masuk kelas SKS, kata Mujinah, harus mendapatkan maksimal nila A 60 persen dari keseluruhan mata pelajaran. Artinya, hanya 40 persen nilai B.
“Nilai A itu 90 dari standar nilai KKM 70 dan mereka yang nilai bagus direkomendasikan untuk kelas dua tahun,” ujarnya.
Selama masa pandemi covid-19, katanya, kelas SKS dipisahkan supaya siswa dengan kemampuan belajar lebih mempelajari kompetensi dasar yang sama. Jika sudah belajar normal maka akan Kembali digabung pada kelas awal siswa.
Menurut Mujinah program SKS cukup efektif karena mampu mengakomodir siswa yang bisa lebih cepat menyelesaikan studi di SMA. (CR-7)
Editor: Syofiardi