SLBN bagian B Kotaraja kekurangan guru

Anak-anak sekolah di SLB Bagian B Kotaraja sedang bermain dihalaman sekolah - Jubi/Ramah
Anak-anak sekolah di SLB Bagian B Kotaraja sedang bermain dihalaman sekolah – Jubi/Ramah

 

Papua No. 1 News Portal | Jubi 

Read More

Jayapura, Jubi – Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagian B Kotaraja, Kamino, mengatakan sekolah yang saat ini dipimpinnya kekurangan guru. Menurutnya kekurangan tenaga pengajar bagi siswa berkebutuhan khusus ini berpengaruh pada kegiatan belajar dan mengajar.

“Sesuai aturan di SLB, kalau setiap jenjang atau satu rombongan adalah satu guru. Tenaga pengajar sesuai dengan rombongan pelajar kami masih kurang,” kata Kamino di SLBN Bagian B Kotaraja, Kota Jayapura, Rabu (6/2/19).

Kata Kamino, pihaknya sudah mengajukan penambahan jumlah tenaga pendidik kepada Pemerintah Daerah. Ia berharap permintaan tersebut bisa direalisasi mengingat jumlah guru yang ada saat ini tak ideal.

“Seharusnya untuk setiap jenjang seperti SD ada lima anak, SMP dan SMA sesuai Undang-undang satu rongangan belajar sebanyak delapan tapi untuk satu guru mengajar ada yang 12 sampai 13 anak,” ujarnya

Saat ini jumlah guru SLB Bagian B Kotaraja berjumlah 19 orang dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sementara 5 orang lainnya berstatus honorer. Idealnya, kata Kamino, sekolah berkebutuhan khusus ini membutuhkan 36 guru untuk mengajar 172 siswa di semua jenjang.

“Kami juga keterbatasan ruangan. Jumlah kelas ada 15 rombongan belajar. Satu kelas ditangani satu guru. Kami mengharapkan bantuan dari pemerintah agar melakukan pengangkatan guru di SLB Kotataja khususnya dan umumnya di Papua,” tuturnya.

Akibat kekurangan guru dan ruangan kelas, proses belajar mengajar menjadi tak maksimal. Beberapa kelas dengan siswa berbeda kebutuhan terpaksa dijadikan satu kelas. Padahal proses belajar dan pendekatan yang dilakukan tak sama.

“Seperti tuna rungu, tuna grahita seharusnya dipisahkan setiap ketunaan, tapi yang terjadi di SLBN Bagaian B Kota Jayapura saat ini digabung karena menyesuaikan keadaan guru dan ruangan. Pemberian pelajaran dan layanan berbeda karena materi tuna runggu dan grahita berbeda materinya, metode, pola pendekan dan kesabaran,” tuturnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Fachruddin Pasolo, mengatakan tetap berupaya memenuhi kebutuhan guru di SLB Bagian B Kotataja.

“Pasti kami isi, tapi kan persyaratan orang masuk pada sekolah-sekolah khusus itu harus punya kompetensi sendiri. Semua ini agar meningkatkatkan kompetensi guru pada setiap strata pendidikan,” jelasnya.

Menurutnya, perhatian khusus bukan hanya diberikan pada siswa-siswi yang normal saja tapi juga pada anak-anak yang berkebutuhan khusus agar terjadi pemerataan.

“Pendidikan itu tidak mengenal yang namanya diskriminasi. Semua harus adil dan merata,” imbuhnya. (*)

 

Editor  : Edho  Sinaga

Related posts

Leave a Reply