Papua No. 1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Direktur SKP Keuskupan Agung Merauke (KAME), Pastor Anselmus Amo, MSC mengungkapkan penyesalan atas matinya 1.000 anakan pohon sagu, tahun lalu, di Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua yang merupakan program Badan Restorasi Gambut (BRG) setelah ditangani Dinas Tanaman Pangan, Holtikulltura, dan Perkebunan Kabupaten Merauke.
“Bagi saya program dari BRG itu sangat bagus. Hanya menjadi persoalan adalah apakah yang ditawarkan sesuai konteks masyarakat lokal atau tidak. Itu harus dilihat baik,” ungkap Pastor Amo, saat dihungungi Jubi melalui telpon selulernya, Kamis (2/7/2020).
Dikatakan, jika program dimaksud turun dan tak sesuai, tentunya akan mubazir, entah dari pemerintah, swasta, maupun NGO. Tentu yang diharapkan adalah harus menjawab kebutuhan masyarakat lokal. Bila perlu ketika dijalankan dan didiskusikan dari bawah terlebih dahulu.
Pastor menegaskan, BRG juga harus dikritisi. Mereka tahu konteks disini dan program yang dijalankan pasti dengan batas waktunya.
“Saya lebih cendrung jika anggaran penanaman 1.000 anakan sagu diserahkan kepada masyarakat melalui kepala kampung, sehingga mereka mengatur secara langsung. Lalu mengetahui kapan waktu menyiapkan bibit hingga proses penanaman,” ujarnya.
“Perlu dingat bahwa sagu bukan hanya tanaman pangan untuk dikonsumsi namun juga tanaman adat serta budaya,” tegasnya.
Ditanya rencana DPRD Merauke akan memanggil Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan setempat, Ratna Laoce, Pastor Amo mengatakan itu adalah kewenangan wakil rakyat. Namun tidak hanya pejabat dari dinas tersebut, tetapi juga dari perwakilan BRG.
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Perkebunan, Yuliana Payunglangi, mengatakan penanaman sagu di Kampung Kaliki adalah program BRG. Sebelum dilaksanakan, dibuatkan MoU bersama kepala dinas terlebih dahulu.
“Lalu kami melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan berjalan baik. Kami tak pernah tertutup soal transparansi anggaran. Pada saat sosialiasi, rancangan anggaran belanja (RAB) dibacakan berulang kali ,” ungkapnya.
Dana yang diturunkan dari BRG untuk penanaman 1.000 anakan pohon sagu di Kampung Kaliki, menurutnya sebesar Rp200 juta .
“Kita menyampaikan anggaran itu secara transparan kepada warga setempat,” tegasnya.
Dari total dana dimaksud, katanya, diserahkan kepada empat marga di Kampung kaliki senilai Rp73 juta. Itu untuk pembersihan dan penggalian lubang Rp25 juta, pengajiran Rp5,5 juta, biaya penanaman Rp10 juta, pengadaan bibit plus sulaman Rp27,5 juta, serta biaya pemeliharaan satu paket Rp5 juta. (*)
Editor: Dewi Wulandari