Papua No.1 News Portal | Jubi
Suva, Jubi – Jumlah korban tewas dari siklon kategori lima yang menyerang sebelah utara Fiji telah berubah menjadi kategori empat, sementara tim penanggulangan bencana alam bekerja keras untuk melakukan penilaian penuh atas tingkat kerusakan dari salah satu badai terkuat tahun 2020 ini.
Seorang pria berusia 50 tahun dan seorang pria berusia 70 tahun dipastikan meninggal dunia, menurut Direktur Kantor Penanggulangan Bencana Nasional (National Disaster Management Office/ NDMO) Vasiti Soko, sehingga menaikkan jumlah korban tewas akibat Yasa di Fiji menjadi empat orang.
Seorang bayi berusia tiga bulan adalah salah satu korban yang dikonfirmasikan meninggal dunia pada Jumat (18/12/2020).
Akibat komunikasi yang masih terputus dengan beberapa daerah di negara itu, ada kekhawatiran bahwa jumlah korban tewas bisa meningkat.
Upaya-upaya penanggulangan keadaan darurat dipusatkan pada pulau terbesar kedua di Fiji, Pulau Vanua Levu, yang menerima dampak terburuk dari badai itu.
Siklon itu melemah menjadi badai kategori satu pada Sabtu sore, tetapi masih merupakan kategori tiga ketika itu menghantam Pulau Lau di timur laut negara itu semalam pada hari Jumat.
Ranadi Rauluna adalah salah satu dari ribuan orang Fiji yang menanti siklon itu lewat di sebuah pusat evakuasi, di desanya, Vunivutu, di timur laut Pulau Lau.
“Benar-benar, sangat, sangat parah. Semua orang terkejut, semua orang tercengang karena ketakutan,” ungkapnya.
Perempuan berusia 58 tahun itu mengatakan kepada ABC bahwa selama hidupnya, dia telah mengalami setidaknya 15 siklon, namun tidak pernah mengalami yang seburuk yang melanda desanya minggu ini.
Rauluna mengatakan gedung sekolah setempat telah hancur dan sebagian atap rumahnya tertiup angin keras.
Sekretaris Tetap Kementerian Pendidikan, Anjeela Jokhan, mengatakan sedikitnya 28 sekolah telah rusak, beberapa di antaranya ‘rusak parah’.
Direktur NDMO, Vasiti Soko, mengatakan masih ada lebih dari 6.600 orang yang tinggal di 128 pusat-pusat evakuasi di Divisi Utara, termasuk Vanua Levu, pada Sabtu pagi.
Ada sekitar 10.000 lebih pengungsi di pusat-pusat di pulau-pulau lainnya di Fiji.
Sementara pulau terbesar di negara itu, Viti Levu, hanya mengalami angin keras, sungai utama di pulau itu yaitu, Sungai Rewa, mengalami banjir besar, dan ibu kota Suva digenangi oleh air hujan.
Tim penilai pemerintah dan badan-badan bantuan kemanusiaan masih bekerja untuk mengontak dengan beberapa daerah yang lebih terpencil di negara itu dan menilai tingkat kerusakan sepenuhnya.
Upaya untuk memulihkan jaringan listrik, air dan saluran telepon diperkirakan akan memakan waktu berhari-hari.
Pembatasan jam malam yang diberlakukan secara nasional dalam mengantisipasi Yasa telah dicabut, dan Fiji kembali menerapkan jam malam terkait virus Corona dari pukul 11:00 hingga 04:00 setiap hari.
Keadaan Darurat Bencana Alam di Fiji selama 30 hari masih tetap berlaku.
Yasa adalah topan kategori 5 kedua yang melanda Fiji tahun ini, setelah Harold yang melanda negara itu pada April.
Perdana Menteri Frank Bainimarama mengaitkan frekuensi dan intensitas siklon dengan perubahan iklim, dan mengatakan “ini tidak normal”.
“Ini adalah darurat iklim,” tegasnya, Kamis (17/12/2020) lalu. (ABC News)