Papua No.1 News Portal | Jubi
Port Moresby, Jubi – Ketegangan sosial terkait vaksinasi Covid-19 masih terus meningkat di Papua Nugini, namun sementara orang-orang bekerja untuk membantu membendung penyebaran virus itu, mereka juga dihadapkan dengan serangan massa.
Pusat-pusat kota besar di PNG dan banyak kota di provinsi lainnya telah berupaya sekeras mungkin dalam menangani gelombang ketiga pandemi Covid-19 di negara itu, yang disebabkan oleh transmisi komunitas varian Delta.
Wabah ini telah menyerang sistem kesehatan nasional dan provinsi lemah yang, pada saat bersamaan, juga diserang oleh elemen masyarakat ketika mereka melakukan tugasnya dalam program vaksinasi.
Menurut National Control Centre, lebih dari 315.000 orang telah divaksinasi, atau sekitar 3 % dari total populasi, meskipun masih tidak ada kepastian apakah angka tersebut mewakili populasi yang baru menerima vaksinasi satu kali atau yang sudah menerima vaksinasi lengkap.
Ada tiga vaksin Covid-19 yang berbeda di negara ini, AstraZeneca, Sinopharm, dan Janssen.
Vaksinasi terhadap Covid-19 di PNG itu tidak diwajibkan, tetapi dalam beberapa hari terakhir aksi protes akibat persyaratan vaksinasi terbaru telah diadakan di dua kota terbesar PNG, Port Moresby dan Lae, pertemuan yang bertentangan dengan aturan yang melarang pertemuan publik yang dihadiri oleh lebih dari 20 orang.
Di Moresby, pedagang-pedagang pasar yang marah mengadakan rapat umum untuk mendesak pembatalan atas peraturan pemerintah kota itu yang membatasi akses ke pasar bagi mereka yang belum divaksinasi.
Di Lae, ratusan orang mengadakan unjuk rasa terhadap pemilik-pemilik usaha yang semakin menuntut staf mereka untuk menerima vaksinasi, dengan salah satu demonstran menggambarkan ini sebagai pelanggaran HAM. Suasana di Lae kian memburuk dalam beberapa waktu terakhir. Klinik-klinik kesehatan di daerah perkotaan pekan ini terpaksa ditutup untuk batas waktu yang belum diputuskan akibat serangan terhadap petugas kesehatan dan stafnya yang menjadi sasaran lemparan batu, pelecehan verbal, dan menerima ancaman.
Selain di ibu kotanya itu, Provinsi Morobe juga telah menarik petugas klinik keliling dan tim kesehatan yang melakukan program vaksinasi dan sosialisasi Covid-19 karena meningkatnya serangan terhadap mereka.
Tim-tim kesehatan di pusat-pusat kota di daerah pegunungan tinggi seperti Mt Hagen dan Goroka juga dilempari batu, mengindikasikan bahwa keragu-raguan masyarakat terhadap vaksin yang meluas di PNG telah berubah menjadi serangan dengan kekerasan terhadap peluncuran vaksinasi di negara itu.
Perdana Menteri PNG, James Marape memperingatkan masyarakat yang memberikan dampak negatif dan menyesatkan orang-orang tentang masalah vaksinasi.
“Individu-individu dengan kepentingan politik dan kepentingan pribadi lainnya, mencoba menggalang dukungan publik untuk agenda mereka sendiri. Saya mendesak masyarakat agar tidak menghasut dan memobilisasi orang lain untuk menyebabkan persoalan yang tidak diperlukan di Port Moresby dan daerah-daerah lain, di saat dimana kita paling tidak membutuhkannya, di masa-masa Covid-19 yang sulit ini,” tegasnya dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, disadur dari Pacific Beat, di PNG juga mulai muncul laporan tentang kartu vaksinasi palsu yang dijual dan didistribusikan di seluruh negeri kepada orang-orang yang tidak mau divaksinasi. (RNZ Pacific)
Editor: Kristianto Galuwo