Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Cabang olahraga tenis memang kurang familiar di Bumi Cenderawasih. Tapi lewat olahraga tenis, kontingen Papua bisa mendapatkan 3 medali pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Jawa Barat, tahun 2016 silam.
Septiana Nur Zahiroh, atlet putri kelahiran Kediri, 12 September 1996, baru saja bergabung dengan tim tenis Papua pada 2015. Atlet berdarah Jawa Timur itu sudah sangat akrab dengan olahraga tenis sejak masih kanak-kanak. Ayahnya seorang pelatih tenis di Kabupaten Bojonegoro. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Zahiroh sudah tampil di sejumlah kejuaraan.
“Saya bermain tenis dari kecil, dari kelas 6 SD sudah ikut turnamen-turnamen. Saya main tenis karena ayah saya pelatih tenis di Kabupaten Bojonegoro, dan kakak saya juga main tenis di Jawa Timur. Saya dari kecil sudah ikut Porprov dan kejuaraan junior dan dilatih ayah saya,” kata Zahiroh, saat dihubungi awak media Jubi, Selasa (27/7/21).
Karena sudah punya banyak pengalaman di level junior, Zahiroh lalu masuk dalam skuad kontingen Jawa Timur pada PON pertamanya di PON XVIII Riau, tahun 2012. Namun dalam debutnya itu dia gagal mempersembahkan medali.
Ia juga sempat bermain di Kalimantan Timur, tapi hanya sebatas tampil di ajang pekan olahraga provinsi (Porprov).
“Saya sempat main di Samarinda dan Surabaya untuk tambah pengalaman juga. Pertama kali tampil di PON XVIII Riau tahun 2012 membela Jawa Timur. Kalau di Samarinda itu hanya ikut di Porprov saja, dan tidak ada kejelasan untuk ke PON dan saya dapat tawaran dari Papua dan saya ambil tawaran itu untuk PON XIX,” ungkapnya.
Zahiroh menuturkan dirinya memutuskan bergabung dengan Papua karena senang berpetualang. Ia juga ingin ikut berandil memajukan olahraga tenis di provinsi paling timur Indonesia ini.
“Alasan saya gabung karena saya senang berpetualang atau melancong. Saya ingin ikut mengembangkan olahraga tenis di Papua, dan sekarang pembinaan tenis sudah mulai berkembang,” bebernya.
Zahiroh mengaku jika pencapaian tertingginya ia dapat bersama kontingen Papua pada PON XIX Jawa Barat. Ketika itu, ia membawa pulang 3 medali untuk Bumi Cenderawasih. Di nomor ganda campuran berduet dengan Esmid Muhammad Ridho dia berhasil menyumbangkan medali emas. Lalu di nomor tunggal putri dan di beregu putri dia mempersembahkan 2 medali perunggu.
“Prestasi saya yang paling menonjol itu di PON XIX Jawa Barat waktu dapat 1 medali emas, dan 2 perunggu. Itu prestasi tertinggi yang pernah saya dapat,” ujarnya.
Pasca membela kontingen Papua, Zahiroh mengikuti tes kepolisian dan ia diterima sebagai anggota Polri. Ia lalu hijrah ke Jakarta dan bertugas di Polda Metro Jaya. Tapi, ia masih tetap membela panji Papua (bukan berstatus atlet kontrak) untuk PON XX, Oktober mendatang.
“Saya sekarang di Jakarta. Semenjak juara PON XIX saya daftar polisi dan saya lulus terus pindah ke Jakarta. Gabung TC tenis dari awal tahun 2021 kemarin, karena kesibukan tugas dan harus mengurus administrasi juga,” tuturnya.
Untuk target di PON XX, Zahiroh tak mau muluk-muluk. Ia menyatakan akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa mempertahankan pencapaian di PON Jabar ataupun melampaui pencapaian tersebut.
“Kalau soal target, semua sudah diatur oleh pelatih dan kita hanya berusaha semaksimal mungkin membela Papua. Setidaknya bisa mempertahankan pencapaian kemarin sewaktu di Jawa Barat. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa,” pungkasnya.
Baca juga: Arena tenis Sian Soor hormati kearifan lokal
Sebelumnya, Ketua Pengprov Pelti Papua, TEA Herry Dosinaen, mematok target 2 medali emas pada PON XX yang akan digelar di rumah sendiri. Target tersebut dianggap realistis, mengingat pada ajang yang sama di Jawa Barat, atlet tenis Papua sanggup membawa pulang 1 medali emas dan memborong 3 medali perunggu di nomor beregu putra, beregu putri, dan tunggal putri.
“Di PON XIX di Jawa Barat tahun 2016 lalu, atlet-atlet kita berhasil menyumbangkan 1 medali emas dan 3 perunggu. Makanya kita optimis di PON XX nanti kita bisa meraih 2 medali emas untuk Tanah Papua,” ujarnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari