Papua No. 1 News Portal | Jubi,
Jayapura, Jubi – Usai melalui penantian yang panjang, Usman Wanimbo, SE, M.Si dan Dinus Wanimbo, SH, resmi menjabat Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara periode 2017-2022, terhitung 16 Oktober 2017. Bersamaan dengan kepala daerah Kepulauan Yapen, mereka dilantik oleh Gubernur Papua Lukas Enembe.
Dukungan kepada pasangan Usman-Dinus “Manis” ini terlihat jelas dengan kehadiran ratusan masyarakat Tolikara yang memadati Aula Sasana Krida hingga halaman kantor Gubernur Papua, Dok 2 Jayapura. Prosesi pelantikan “Manis” berjalan hikmat dan lancar, dengan pengawalan polisi yang ketat.
Orgenes Wanimbo, anggota DPR Provinsi Papua dari wilayah Tolikara, menyatakan lega, pasalnya dengan pelantikan tersebut berarti program pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya dapat segera dilaksanakan.
“Pelantikan ini menjadi babak baru bagi Usman dan Dinus untuk melayani masyarakat, bersama wakilnya yang baru ini, mereka melanjutkan program-program bangun daerah, terpenting pendidikan dan kesehatan masyarakat jangan sampai diabaikan gara-gara masalah politik sekelompok orang,” ujar Orgenes kepada Jubi, Selasa (17/10/2017).
Menurut Orgenes, yang juga Wakil Ketua Komisi 1 DPR Provinsi Papua, pelaksanaan Pilkada di kabupaten Tolikara telah menoreh sejumlah catatan pedih dihati orang Papua. Khusus bagi masyarakat Tolikara, kisah kelam itu tercatat sejak Pilkada Tolikara tahun 2012 dan seolah terulang kembali tahun ini.
Menurutnya, pelaku pembakaran asset daerah pada 2012 berupa pembakaran kantor bupati dan sejumlah rumah warga, sampai menimbulkan korban meninggal dan korban luka, dilakukan oleh salah satu pihak kandidat yang sama, “Kaki tangan kandidat itu kalah lima tahun lalu dan kalah lagi tahun ini,” ujarnya.
“Kerusakan asset daerah lima tahun yang pertama itu saat kekuasaan John Tabo direbut dan dimenangkan oleh Usman Wanimbo. Kedua, sekarang, setelah kekuasaan Usman kembali, dia sudah sah dilantik oleh Gubernur melalui SK Mendagri. Itu final. Untuk apa buat kacau sampai rusak kantor pemerintah? Itu bikin malu kita semua sebagai anak daerah,” katanya.
Minta maaf
Orwan, sebagai wakil masyarakat Tolikara pun menyampaikan permohonan maaf atas tindakan beberapa orang yang merusak kantor Kementerian Dalam Negeri, beberapa waktu lalu.
“Saya, anak utusan masyarakat dari Tolikara, saya menyampaikan permintaan maaf kepada Mendagri atas nama masyarakat saya yang melakukan pengrusakan di sana. Mereka mengerti tapi karena ada orang ketiga yang memberikan harapan, janji, dengan mengusung nama merah putih dan ternyata janjinya tidak terwujud sehingga mereka kecewa,” jelasnya.
Ia juga menepis pernyataan Staf Khusus Presiden, Lennis Kogoya, yang mengaitkan tindakan tersebut dengan budaya. “Itu bukan budaya yang diajarkan, bukan pendidikan politik yang baik. Jadi, saya minta harus proses pelaku pengrusakan dan tangkap oknum yang menjadi otak dibalik itu. Itu sejarah yang tidak baik khususnya untuk Tolikara,” imbuhnya.
Hal senada dikatakan Ketua Tim Kemenangan Usman-Dinus (MANIS), Tommy Munif Yikwa. Ia meminta apara kepolisian menyelidiki dan menangkap oknum penggerak aksi-aksi kekerasan tersebut.
“Tolikara ini kan sudah sering terjadi begini, ada pemalangan jalan, pembakaran kantor bupati lama, dan lain-lain. Dengan adanya ini, kami yakin ada orang ketiga yang masuk merusak tatanan masyarakat di bawah ini. Itu yang jangan sampai masyarakat terus dimanfaatkan, manusia Papua dikorbankan. Jadi, saya minta Polisi tolong proses oknum yang terlibat itu,” ucapnya.
Tommy mengatakan, masa Pilkada telah berakhir dan saatnya memberikan kesempatan kepada kepala daerah yang baru dilantik. Ia mengajak seluruh masyarakat khususnya masing-masing pendukung paslon untuk kembali bersatu dan membangun daerah.
“Harapan kami kedepan, semua masyarakat kita damai saja, menata pembangunan lima tahun ke depan. Dan siapa yang menang siapa yang kalah itu menerima sama-sama. Karena di dalam suatu kabupaten, pasti hanya satu kepala daerah, tidak pernah dua. Yang penting sekarang mari, kita bergandengtangan bekerja bersama untuk kepentingan masyarakat pada umumnya di Tolikara,” ucap Tommy.
Sementara itu, Johny Wonda, anggota tim kemenangan dari pasangan John Tabo dan Barnabas Weya, kepada Jubi menyatakan, “Kalau kemenangan yang diambil ini sesuai mekanisme, undang-undang, kami angkat topi, menghormati keputusan,” ucapnya, via seluler.
Meski telah melalui mekanisme persidangan di Mahkamah Konstitusi, Johny menyatakan, “Kita tidak terima dengan putusan MK itu. Makanya kami akan mencari sampai keadilan itu ada di mana. (Putusan) MK itu cacat hokum bagi kami karena tidak melihat fakta-fakta di lapangan,” tandasnya. (*)