Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Awan duka menyelubungi Tanah Papua. Salah satu tokoh pejuang dan pembela rakyat Papua, Pastor Dr Neles Kebadabi Tebay, Pr berpulang ke rumah bapa di surga.
Pastor Neles Kebadabi Tebay, Pr, menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit (RS) Santo Carolus Jakarta, Minggu, 14 April 2019, di usia 55 tahun. Almarhum sebelumnya dirawat intensif karena didiagnosa menderita penyakit kanker tulang.
Almarhum menghabiskan waktunya sebagai pendidik dan pengajar di kampus selama 26 tahun. Hingga wafat Pater Neles masih aktif sebagai Ketua STFT Fajar Timur.
Neles Tebay juga adalah mantan wartawan dan penulis artikel-artikel di surat kabar berbahasa Inggris, The Jakarta Post, dan sejumlah media lokal dan nasional.
Neles Tebay, Pr menerima sakramen imamat pada tanggal 28 Juni 1992, di Gereja Paroki Waghete, Kabupaten Deiyai. Pater Neles Tebay diurapi oleh Uskup Keuskupan Jayapura Alm. Mgr. Herman Muninghof, OFM. Nama adat yang diberikan ketika menerima sakramen pentahbisan yakni “Kebadabi” (sang pembuka jalan).
Peter Neles Tebay aktif di berbagai kegiatan kemanusiaan dan fokus pada isu-isu perdamaian. Tahun 2013 Beliau mendapatkan penghargaan Tji Haksoon (The Tji Haksoon Justice & Peace).
Pembantu Ketua Dua Sekolah Tinggi Teologi Filsafat Fajar Timur, Konstantinus Bahang, OFM mengatakan pihaknya berbelasungkawa atas kepergian Pastor Neles Kebadabi Tebay, Pr. Beliau meninggal pukul 12.40 Waktu Indonesia Barat atau pukul 02.00 Waktu Papua di Rumah Sakit, St. Carolus Jakarta.
Konstantinus Bahang menyampaikan kesannya sakit Pater ini berkembang. Beliau sakit sejak tahun 2016 dan sempat dioperasi, karena pelapukan tulang belakang dan diganti dengan pen. Setelah itu Pater Neles melakukan terapi yang cukup lama. Sehingga dia seringkali pulang balik ke Jakarta untuk teruskan visum terapi.
Konstantinus Bahang mengatakan,sejak Desember tahun lalu Pater Neles sudah berangkat ke Jakarta untuk melakukan pengobatan. Sejak itu Beliau sudah gawat dan inap di Rumah Sakit Carolus Jakarta. Sejak itu Beliau tidak pulang ke Jayapura dan minta untuk menggantikan mata kuliahnya.
“Beliau sempat mengatakan bahwa sampai akhir bulan April dia tidak bisa pulang. Dari sekian banyak pembezuk juga mengatakan demikian,” katanya.
“Kemarin kami baru dengar dari Pater Yan You bahwa Pater Neles Tebay sudah keluar dari ICU, mungkin karena itu Pater Yan You berani pulang ke Papua. Setelah Pater Yan You tiba lalu Pater Neles Tebay menghembuskan nafas terakhir,” sambungnya.
“Civitas akademika sekolah Tinggi Ilmu Filsafat Fajar Timur Jayapura, melaksanakan ibadah arwah keselamatan jiwa Pater Neles Tebay ke surga. Minggu 14 April 2018, pada pukul 18.30. WIT,” katanya usai ibadah di aula St. Yosep, Minggu (14/4/2019).
Konstantinus Bahang mengatakan Wakil Uskup sudah berangkat ke Jakarta untuk menjemput jenazah Peter Neles Tebay.
“Jenazahnya akan dikirimkan ke Jayapura, pada Senin malam dan tiba hari Selasa pagi. Beliau akan dimakamkann pada hari Kamis, di Timika setelah melakukan misa arwah,” katanya.
Lanjut Konstantinus,selama dua hari (Selasa dan Rabu) jenazahnya almarhum disemayamkan di STFT Fajar Timur. Rencana Kamis (18/4/2019) dikirim ke Timika, Mimika untuk dimakamkan.
“Semua proses pemakaman akan ditanggung oleh pihak STFT. Setelah kami berkoordinasi dengan Bapak Uskup Jayapura. Lalu kami meminta untuk STFT yang menangani.
Sebab sepanjang hidup Beliau, ia habiskan di kampus. Beliau masih ketua yang aktual sampai mati masih sebagai Ketua STFT. Untuk mengenangnya kami akan menyemayamkan jenazahnya di kampus, sehingga pelayat bisa mengunjunginya. Sementara teknis penjemputan sementara kami akan konsolidasikan dengan pihak kampus dan keuskupan,” katanya.
Konstantinus mengatakan pihaknya merasa kehilangan Pastor Neles Tebay karena beliau sangat penting bagi STFT dan masyarakat Papua dan Gereja Katolik di Papua.
“Peter Neles orang yang bisa menjembatani banyak pihak. Kami dengan pemerintah kami dengan dengan masyarakat,” katanya.
Konstantinus mengatakan Pater Tebay juga terlibat dalam sejumlah kegiatan masyarakat, Beliau juga praktisi sosial.
“Kami sangat mendambakan Pater Neles Tebay. Almarhum juga selalu menjaga hubungan baik antara pihak kampus baik masyarakat pemerintah dan masyarakat mahasiswa dan dosen. Beliau sosok yang baik hati, selain itu Beliau juga sosok yang humoris, jadi apabila ada setiap pertemuan Beliau selalu memberikan suasana hangat, suasana yang beda dalam pertemuan-pertemuan itu, hal inilah yang membuat kami akan selalu ingat Pater Neles,” katanya.
Rekan seangkatan almarhum, Yan Christian Warinussy, Ketua Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Badan Hukum (LP3BH) Manokwari, Papua Barat merasa kehilangan dan ikut berbelasungkawa.
“Saya dan almarhum kami mulai meniti karir dan hobi sebagai penulis dan wartawan saat dilatih dalam Latihan Jurnalistik Kampungan (Lajurkam) pada tahun 1987 di Pusat Pendidikan Kristen (Puspenka) GKI Di Tanah Papua, Hawaii-Sentani, Jayapura,” katanya kepada Jubi.
Pelatihan itu diselenggarakan oleh Yayasan Pengembangan Masyarakat Desa Irian Jaya (YPMD Irja) bekerjasama dengan Surat Kabar Mingguan (SKM) Tifa Irian dan ajalah ilmiah Prisma Jakarta.
Para pelatih kami antara lain wartawan senior Aristides Katoppo (Sinar Harapan), Masmimar Mangiang (Prisma), almarhum Bill Rettob (Tifa Irian), Drs. Lukas Degey (Tifa Irian), Alm. Dr.George Junus Aditjondro (Kabar dari Kampung/KdK YPMD Irja), dan Cliff J. Marlessy (YPMD Irja).
Di mata Yan Christian Warinussy, almarhum Pater Dr Neles Kebadabi Tebay adalah seorang sosok pimpinan gerakan kemanusiaan yang senantiasa mencita-citakan Tanah Papua sebagai zona damai melalui pendekatan dialog Jakarta-Papua yang mampu mempertemukan semua pihak untuk mencari solusi damai atas konflik sosial-politik yg berkepanjangan sepanjang lebih dari 50 tahun semenjak 1 Mei 1963 hingga saat ini.
Pater Neles sesungguhnya telah ditunjuk sebagai tokoh kunci dialog Papua-Jakarta oleh Presiden RI Joko Widodo pada 15 Agustus 2017 lalu di Istana Merdeka-Jakarta.
“Dia ditunjuk dan dibantu oleh Wiranto (Menko Polhukam) dan Teten Masduki (Kepala Kantor Staf Presiden/KSP). Itu terjadi saat Presiden bertemu 14 tokoh Papua yang dipimpin Ondoafi Nafri, George Awi termasuk Pater Neles Tebay dan saya sendiri, ” ucapnya.
Pater Dr Neles Kebadabi Tebay, Pr dilahirkan di Godide, Kamu Utara, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua, pada 13 Februari 1964. Almarhum, menyelesaikan SD dan SMP di kampung halamannya.
Lalu melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) YPK Gabungan. Beliau melanjutkan studinya pada seminari menengah. Setelah seminari Beliau lanjutkan studi sebagai calon imam di STFT Fajar Timur.
Setelah tamat Pater Neles melanjutkan magisternya di Filipina. Setelah itu balik dan melanjutkan studinya doktoralnya di Universitas Kepausan Urbania, Roma.
Dia menyelesaikan pendidikan S-1 dalam bidang teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur tahun 1990 di Abepura, Papua. Selanjutnya dia ditahbiskan menjadi imam Projo pada Keuskupan Jayapura, 28 Juli 1992, di Waghete, Kabupaten Deiyai.
Dalam perayaan pentahbisan imamatnya, dia diberikan nama adat yakni, Kebadabi, yang dalam bahasa Mee, berarti “orang yang membuka pintu atau jalan”. Dia menyelesaikan program Master dalam bidang Pelayanan Pastoral pada Universitas Ateneo de Manila, Philipina, tahun 1997 dengan tesisnya berjudul Ekarian Christian Images of Jesus.
Setelah mengajar teologi pada STFT Fajar Timur selama dua setengah tahun (Januari 1998 sampai Juni 2000), dia dikirim ke Roma, Italia, untuk belajar Misiologi. Pada bulan Maret 2006, dia menyelesaikan program doktoral dalam bidang Misiologi pada Universitas Kepausan Urbaniana, di Roma. Desertasi doktoralnya berjudul The Reconciling Mission of the Church in West Papua in the Light of Reconciliatio et Paenitentia.
Sejak Januari 2007 hingga wafat, dia mengajar Misiologi pada STFT Fajar Timur Abepura, Papua. Selain mengajar, dia adalah anggota Forum Konsultasi Para Pimpinan Agama (FKPPA) di Tanah Papua, anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua, dan aktif di Persekutuan Gereja-Gereja Papua (PGGP).
Sejak 2010 hingga kini, dia diangkat sebagai anggota Komisi Teologi pada Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI). Sejak tahun 2013 hingga 2016, dia dipilih menjadi anggota Komisi Karya Misioner di KWI.
Sejak Januari 2010, dia aktif sebagai Koordinator Jaringan Damai Papua (JDP) yang secara aktif mendorong dialog Jakarta-Papua sebagai sarana yang bermartabat untuk mencari solusi terbaik atas konflik Papua. Dia pernah bekerja sebagai jurnalis untuk Surat Kabar Harian The Jakarta Post, tahun 1998-2000.
Artikel-artikel opininya tentang keadilan dan perdamaian di Tamah Papua dapat ditemukan dalam Surat Kabar Harian The Jakarta Post, Kompas, Suara Pembaruan, dan Sinar Harapan yang terbit di Jakarta. Sejumlah artikel opini yang diterbitkan oleh The Jakarta Post telah dikumpulkan dan diterbitkan sebagai buku dengan judul Papua: Its Problems and Possibilities for a Peaceful Solution, oleh Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP), Keuskupan Jayapura, September 2008.
Karya-karyanya yang berupa artikel ilmiah dapat ditemukan dalam sejumlah Jurnal Ilmiah berbahasa Inggris, seperti The Exchange, Journal of Missiological and Ecumenical Research yang diterbitkan oleh Brill Academic Publishers dalam kerjasama dengan the Interuniversity Institute for Missiological and Ecumenical Research (IIMO) di Belanda, East Asian Pastoral Review di Manila, Euntes Docete di Roma, dan The Round Table, The Commonwealth Journal of International Affairs di London.
Dia juga adalah penulis dari beberapa buku, seperti: West Papua:The Struggle for Peace with Justice, diterbitkan oleh Catholic Institute for International Relations/CIIR, London, 2005; Interfaith Endeavour for Peace in West Papua, oleh Missio, Aachen, 2006; Dialog Jakarta-Papua: sebuah Perspektif Papua, oleh Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP), Keuskupan Jayapura, 2009; Angkat Pena demi Dialog Papua, Interfidei, Jogyakarta, 2012; Reconciliation and Peace: Interfaith Endeavour for Peace in West Papua, diterbitkan di Goroka, PNG oleh The Melanesian Institute, 2012.
Selain karena komitmen pribadinya, keterlibatannya dalam pekerjaan di bidang perdamaian ditunjang oleh keterampilan yang diperoleh melalui sejumlah training dan kursus internasional. Dia pernah mengikuti pelatihan tentang Peace and Reconciliation selama sepuluh minggu, Agustus-Oktober 2005, pada Coventry University di Inggris.
Dia menjadi peserta pada pelatihan Strategic Nonviolence and Peacebuilding selama dua bulan (Mei dan Juni), 2006, pada Center for Justice and Peacebuilding, Eastern Mennonite University, di Virginia, Amerika Serikat.
Neles Tebay juga mengikuti Peace Mediation Course selama 10 hari, Maret 2010 yang diselenggarakan oleh SwissPeace di Bern, Swiss. (*)
Editor: Dewi Wulandari