Selamat jalan Andy Ayamiseba, tokoh pejuang Papua

Andy Ayamiseba - Jubi/Vanuatudayli.post
Andy Ayamiseba – Jubi/Vanuatudayli.post

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Satu lagi tokoh pejuang pebisnis musisi dan politikus telah pergi pukul 3.53 PM waktu Canberra, Jumat 21 Februari 2020. Warga Papua dan seluruh Pasifik Selatan khususnya warga Vanuatu turut berduka cita atas meninggalnya salah satu tokoh pejuang dan pelobi Papua.

Read More

Almarhum Andy meninggal dunia setelah berjuang melawan sakitnya. Sejak 31 Oktober 2019 dirawat di Rumah Sakit di Port Vila Vanuatu, namun sarana yang terbatas hingga dipindahkan  ke Brisbane dan selanjutnya ke Canberra dan meninggal di sana.

Andy Ayamiseba opa, paman, bapak dan abang terkasih selama di Canberra ditemani adik kandungnya Silpha Ayamiseba yang menikah dengan bassist Black Brother Benny Betay.

Selain itu ada dua saudara almarhum yang sudah lama tinggal di Australia, William Ayamiseba dan Atti Ayamiseba. Andy Ayamiseba sendiri lahir di Biak pada 21 April 1947 bersama saudara kembarnya Popie Ayamiseba. Saat itu ayahnya mendiang Dirk Jan Ayamiseba bertugas di Biak sebagai Bestuur Ambtenaar atau Kepala Distrik zaman Belanda. Ayah kandung Andy Ayamiseba menikah dengan perempuan asal Teluk Wondama keturunan Tionghoa, Dolfina Ayomi Tan. Mendiang almarhum juga mempunya saudara saudara perempuan Ester Ayamiseba, Bela Ayamiseba dan Silva Ayamiseba sedangkan adik bungsunya almarhum Max Ayamiseba  meninggal di Belanda sekitar 1990 an.

Setelah bertugas di Biak, orang tuanya berpindah ke Manokwari dan ke Hollandia (sekarang Jayapura) karena terpilih sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR) Provinsi Irian Barat. Saat itu ayah kandung Andy Ayamiseba menggantikan mendiang Th Messet mantan Ketua Dewan Nieuw Guinea atau Nieuw Guinea Raad 1961-1962. Anak kandung Th Meset bernama Nick Messet bersama Andy Ayamiseba sama-sama sekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Gabungang Dok V Jayapura 1963-1967. Andy Ayamiseba sendiri tidak melanjutkan pendidikan ke universitas tetapi membangun bisnis dengan mendirikan perusahaan PT Bintuni Baru sejak 1967-1975.

Selain berbisnis, Andy bergabung dengan Grup Band Varunas milik TNI Angkatan Laut. Saat itu adik perempuannya Ester menikah dengan seorang angkatan laut.

Pada usia ke-27 tahun,Andy Ayamiseba menjadi manajer Black Brothers (1974). Grup Band Black Brother adalah grup musik dari Papua meraih sukses di Jakarta.

Sukses pertama ketika satu panggung bersama AKA Grup di Senayan. Publik Jakarta dibuat terkesima dengan lengkingan suara mendiang Hengky Merantoni dalam lagu berjudul Soldier of Fortune karya musisi Deep Purple. Sukses dengan lagu Lonceng Kematian dan Hari Kiamat, membawa Black Brother kemudian show keliling Indonesia.

Pada 1976, saudara Andy Ayamiseba yang bertugas di Kantor Imigrasi  Medan, meninggal karena kecelakaan. Untuk mengenang saudara Andy, Grup Band Black Brother menciptakan lagu berjudul Kuburan Tua. Syairnya antara lain, “Di lembah bukit yang curam penuh rumput kering meninggi, bertebaran daun yang mengering. Kau sahabat yang telah pergi, pergi demi sahabatmu. Kau menghadap panggilan Nya malapetaka menimpa kami.”

Begitulah sekelumit syair lagu Black Brother volume III produksi PT Irama Tara, Jakarta.Grup Band Black Brother lalu melakukan show di Kota Jayapura pada 1977 di Gedung Olahraga Cenderawasih. Saat itu usia Andy Ayamiseba tepat 30 tahun.

Saat itu Andy Ayamiseba yang memimpin Grup Black Brother bertemu Gubernur Irian Jaya Brigjen TNI H. Soetran. Gubernur Irian Jaya kemudian memfasilitasi Black Brother show di Jayapura dan kembali ke Jakarta. Rupanya show Black Brother terakhir kali di Indonesia dan pamit kepada warga di Kota Jayapura. Sesampai di Jakarta The Black Brothers minta suaka politik dan ke Belanda pada sekira 1980-an.

Di Belanda Bandnya sukses dengan lagu Yalikoe. Langkah selanjutnya ke Vanuatu. Andy Ayamiseba membangun studio musik Vanuwespa dan melakukan show music keliling Pasifik. Bahkan show tersukses di Port Moresby Papua New Guinea. Grup Black Brother menjadi inspirasi bagi musisi di Pasifik Selatan untuk tampil sesuai karakternya.

Kepada Jubi beberapa waktu lalu, mendiang Andy Ayamiseba mengatakan grup musik Black Brother bukan kelompok musik biasa.

WPNCL di Vanuatu

Bersama mendiang  Dr Otto Ondoame, Andy Ayamiseba menetap di Vanuatu. Masyarakat adat di Vanuatu dan tokoh senior Vanuatu, mendiang Pastor Walter Lini dan juga Barak Sope sangat mendukung kedua tokoh West Papua ini.

Selain bisnis dan juga mendirikan studio music Vanuwespa di Port Vila, Andy Ayamiseba dan Ondoame juga membentuk Koalisi Nasional Papua Barat untuk Pembebasan (West Papua National Coalition Liberation), salah satu pilar politik pejuang Papua Merdeka untuk masuk dalam keanggotaan ujung tombak Melanesia atau Melanesian Spearhead Group(MSG) sejak 2014 lalu.

Kedua pemimpin Papua ini, pernah diminta pulang oleh pemerintah Indonesia melalui teman sekolah Andy Ayamiseba di SMA Gabungan Nick Messet dan Frans Albert Yoku (alm). Permintaan dari rekannya ditolak dan tak mau pulang ke West Papua. Keduanya memilih tinggal dan tetap konsisten dalam perjuangan.

Penasehat khusus Vanuatu untuk Koalisi Nasional Papua Barat untuk Pembebasan atau West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL), Barak Sope mantan Perdana Menteri Vanuatu juga telah memperingatkan keduanya agar jangan pulang dan mengingatkan mendiang tokoh Papua Merdeka Theys Hiyo Elluay telah dibunuh setelah melakukan  kunjungan ke Port Vila, Vanuatu ketika mengikuti ulang tahun kemerdekaan negara itu ke 20 pada 2000.

Mr Sope membuat pernyataan di Surat Kabar Harian Vanuatu (Vanuatu Daily), ada orang West Papua yang bekerja untuk Pemerintah Indonesia, mengundang dua tokoh Papua ini Otto Ondoame dan Andy Ayamiseba dan semua orang Papua yang diasingkan untuk kembali ke rumah mereka di West Papua. Mereka mengatakan program otonomi khusus saat ini, di Papua Barat tidak seperti dulu lagi tetapi membutuhkan para pemimpinnya untuk kembali ke rumah untuk memimpin rakyat mereka.

Andy Ayamiseba menolak undangan itu dengan mengatakan hanya bisa pulang ketika West Papua memperoleh kemerdekaannya dan Indonesia telah pergi. Bahkan Andy Ayamiseba dan Otto Ondoame juga terlibat dalam perjuangan keanggotaan Papua Barat dalam Melanesian Spearhead Group (MSG) di Port Vila.

WPNCL secara tegas ikut bergabung pula dalam Persatuan Gerakan Pembebasan West Papua atau United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Bersama dengan beberapa pilar lainya WPNCL secara resmi bergabung pada ULMWP yang berdiri di Port Vila pada 7 Desember 2014.

Selamat jalan Andy Ayamiseba, meminjam syair lagu Kuburan Tua, kau pejuang yang telah pergi, pergi demi tanah lahirmu . Kau meninggalkan semua kekayaanmu dan pergi berjuang jauh di negeri orang.(*)

Editor: Angela Flassy

Related posts

Leave a Reply