Sorong, Jubi – Sekretaris Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Papua Barat Andreas Deda mengatakan persoalan Cabang Olahraga (Cabor) Taekwondo Papua Barat, yang mengancam tidak akan mengirim atletnya diajang Pra PON 2016 mendatang, karena pengurus baru ingin menggantikan atlet lama berpengalaman dengan atlet baru pilihan mereka.
Pernyataan ini menanggapi Ketua Harian Pengprov Taekwondo Papua Barat Marthen Kocu terhadap keluhan, persiapan training center (TC) yang akan dijalani. Namun belum ada dana pembiayaan TC bagi Atlet oleh KONI Papua Barat sehingga Kocu menyatakan akan membatalkan Pra PON Cabor Taekwondo.
Sekretaris Umum KONI Papua Barat Andreas Deda mengatakan, masalah Cabor Taekwondo Papua Barat cukup panjang, apalagi setelah adanya pengurus baru. Di mana ada delapan atlet yang telah dipersiapkan pengurus lama, namun pengurus baru dibawah kendali Marthen Kocu menggantikan mereka dengan atlet-atlet baru.
Hal inilah yang membuat KONI Papua Barat, merasa kurang terkontrol untuk mencapai target tiga medali emas Cabor Taekwondo pada PON 2016 nanti. Kata dia dari delapan atlet, yang ditargetkan lolos empat atlet.
“Kepengurusan yang baru Cabor Taekwondo cukup panjang. Seharusnya atlet yang berpengalaman dilevel internasional dan nasional, kami minta jangan diganti dengan atlet baru,”katanya kepada Jubi, Selasa (25/8/2015).
Sebelumnya Ketua Harian Pengurus Provinsi Taekwondo Indonesia, Papua Barat, Marthen Kocu, mengaku pihaknya berencana tidak akan mengikuti babak kualifikasi Pra PON. Pasalnya, hingga kini KONI Papua Barat sebagai induk olahraga di Papua Barat tidak memberikan perhatian kepada cabor pimpinannya tersebut.
“Kita rencana undur dari babak kualifikasi Pra PON, karena nasibnya belum jelas. Atlet-atlet kita yang sempat masuk ke penampungan, akan dikembalikan ke daerahnya masing-masing,” ujarnya.
Dikatakan, ada 18 atlet Taekwondo yang disiapkan untuk turun pada babak kualifikasi pada Oktober mendatang di Jawa Barat. Kekecewaan muncul, karena pada beberapa kesempatan, pihaknya telah mengajukan untuk melaksanakan TC dan uji coba keluar daerah namun tidak dijawab oleh KONI Papua Barat.
“Banyak cabor yang merasakan hal serupa dengan kami, sehingga ini perlu jadi perhatian bagi ketua umum KONI agar bisa bertemu dengan cabor-cabor,” tuturnya.(Niko MB)