Papua No.1 News Portal | Jubi
Boven Digoel, Jubi – Uang nyaris tidak ada nilainya di lokasi penambangan emas di Kampung Kawe, Distrik Kawinggon, Pegunungan Bintang. Semua transaksi dilakukan dengan sistem barter.
Barang utama dalam pembarteran itu pun bukan produk sembarangan. Ia harus berupa emas sebagai alat transaksi ‘resmi’.
“Misalnya, satu dus mi instan ditukar (dihargai) dengan 4 gram emas. Satu selop rokok ditukar (dihargai) dengan 1 gram emas,” kata Kepala Bidang Produksi Koperasi Kawe Senggaup Mining Hengki Yaluwo, Kamis (2/7/2020).
Alat transaksi berupa emas juga berlaku untuk setiap pembelian jenis bahan pokok, seperti gula, kopi, dan beras, termasuk bahan bakar minyak. Sekarung beras berukuran 25 kilogram, misalnya dibenderol seharga 27 gram emas.
“(Kemudian), premium sebanyak 35 liter ditukar dengan 8-10 gram emas. Barang paling mahal itu ialah handphone, yakni (seharga) 15 gram emas (sebuah),” lanjut Yaluwo, seperti dikutip Antara.
Menurut Yaluwo, transaksi dengan menggunakan emas tersebut berlaku di setiap lokasi penambangan di Korowai. “Uang hampir tidak berlaku. Semua barang dibarter dengan emas.”
Kawasan penambangan emas di Korowai berada di lokasi terpencil. Akses transportasinya pun sangat terbatas, yakni hanya bisa dengan menggunakan helikopter dari Boven Digoel.
Diperkirakan, setidaknya ada 17 lokasi penambangan emas di Korowai. Lokasi itu tersebar di Pegunungan Bintang, Yahukimo, Asmat, Mappi, dan Boven Digoel. Adapun areal penambangan terbesar berada di Bravo Tujuh, Pisang-Pisang, dan Kawe.
Keberadaaan pertambangan emas yang diduga beroperasi tanpa izin tersebut telah diprotes banyak kalangan bahkan oleh pemerintah setempat. Aktivitas penambangan dinilai merusak lingkungan dan menimbulkan permasalahan sosial.
Sejumlah operasi penertiban dengan melibatkan Pemerintah Provinsi beserta Polda Papua, dan Kodam Cenderawasih pun dilancarkan untuk menutup paksa penambangan tersebut. Namun, efek dari razia besar-besaran itu tidak bertahan lama. Belakangan, aktivitas penambangan tersebut menggeliat kembali.
Keberadaan penambangan emas liar juga dikhawatirkan menjadi kluster penyebaran virus korona di Papua. Hal itu lantaran banyak di antara pekerja tambang mereka terkonfirmasi positif terinfeksi korona sehingga dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauke.
“Kami minta pemerintah daerah setempat meningkatkan surveilans untuk mendeteksi penyebaran virus (di lokasi pertambangan Korowai). Mereka harus mengambil langkah taktis guna menanggulangi pandemi Covid-19,” kata Silwanus Soemoele, Jurubicara Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Papua, beberapa waktu lalu.
Editor: Aries Munandar