Sekolah Menulis Papua launching dua buku

Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1,

Jayapura, Jubi – Komunitas Sekolah Menulias Papua (SMP) me-launching dua buku kumpulan puisi dan cerpen berjudul “Manuskrip Puyakha” dan “Negeri Minus”.

Peluncuran dua buku di Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat, Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Kamis (10/11/2016) ini dihadiri perwakilan SMA se-Kota Jayapura, para guru dan pegiat literasi Papua. Dalam peluncuran ini juga dipentaskan musikalisasi puisi oleh siswa SMAN1 Jayapura.

Kepala SMP Burhanudin Kurdi mengatakan sebelumnya SMP meluncurkan buku-buku lainnya, seperti,  “Cerita dari Timur”, “Mozaik Kata” serta “Manuskrip Puyakha dan Negeri Minus”. Dua buku terakhir ini merupakan kolaborasi SMP dengan komunitas fotografi Balobe Papua dan SMAN 1 Jayapura.

“Kami berharap tidak hanya empat buku ini saja, tetapi juga akan ada buku-buku lainnya,” kata Burhanudin.

SMP merupakan komunitas anak muda Papua yang tertarik pada literasi. Setidaknya sejak berdirinya, tahun 2014, komunitas ini produktif menertibkan empat buku.

Kepala Balai Bahasa Papua dan Papua Barat, Thoha Machsun memberi apresiasi kepada SMP. Menurutnya SMP merupakan mitra Balai Bahasa Papua.

Menyinggung soal sastra, ia mengakui sastra dibaca dalam rangka pembudayaan manusia. Sastra lahir dari manusia untuk manusia. Oleh karena itu, ia mengajak generasi Papua untuk mulai menulis.

“Mari menulis,” katanya.

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih Aleda Mawene menilai, dua buku tersebut menceritakan kegelisahan anak muda Papua. Dalam “Negeri Minus” misalnya, bagaimana orang-orang saling memahami dalam keterbatasannya.

“(Dua buku) Ini mengungkap sesuatu tentang kegelisahan mereka (penulis),” kata Aleda.

Dalam “Manuskrip Puyakha” menceritakan bagaimana filosofi dan pandangan hidup orang Papua dan mempertahankan identitasnya.

Salah satu penulis, Dzikry el Han mengatakan secara garis besar dua buku ini menceritakan tentang kehidupan orang Papua dan Papua, seperti sosial, pendidikan dan budaya. Meski demikian, penulis novel “Cinta Putih di Bumi Papua” ini tak menampik masih ada tema dan konteks sosial yang ditulis penulis.

Anggota Komunitas Fotografi Balobe John Steven Rogy, yang belasan fotonya menjadi inspirasi puisi-puisi dalam “Manuskrip Puyakha” berharap orang diluar Papua dapat diketahui dunia. Melalui karya foto bidikannya, diharapkan Papua makin dikenal dunia. (*)

Related posts

Leave a Reply