Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sekretaris Daerah Provinsi Papua, Hery Dosinaen menegaskan amuk massa yang terjadi di berbagai wilayah di Papua bukan konflik suku, agama, dan ras atau SARA. Dosinaen menyatakan berbagai amuk massa di Papua murni dipicu kasus rasisme terhadap para mahasiswa Papua di Surabaya pada 16 dan 17 Agustus 2019 lalu.
Hal itu disampaikan Dosinaen di Jayapura, Senin (7/10/2019). Dosinaen meminta semua pihak menahan diri dan tidak mudah terprovokasi kabar bohong atau hoaks. “Jangan percaya hoax yang saat ini terus ada. Mari kembali rukun, bergandengan, saling tolong menolong, membangun Papua yang lebih baik,” ucap Dosinaen.
Dosinaen menyatakan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya terus berupaya memulihkan situasi pasca kerusuhan yang terjadi di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya pada 23 September 2019 lalu. “Bupati Jayawijaya sudah pastikan kondisi di Kota Wamena sudah aman dan kondusif,” kata Dosinaen.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Papua, Elias Wonda. Dirinya mengatakan, proses pendidikan di Kota Wamena sudah kembali aktif.”Kami sudah kirim tim ke Wamena untuk memastikan proses pendidikan disana berjalan dengan normal, sekaligus mendata bangunan sekolah yang rusak, dan hasilnya akan dilaporkan kepada Kementerian Pendidikan,” kata Wonda.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Jayawijaya, terdapat 61 sekolah di lima distrik Kabupaten Jayawijaya terdampak amuk massa 23 September 2019. Jenis dan tingkat kerusakan di setiap sekolah terdampak berbeda. Sekolah terdampak itu terdiri dari 11 PAUD/TK, 22 SD, 16 SMP, tujuh SMA, dan lima SMK.
“Jumlah siswa SD yang terdampak 6.428 siswa, sementara jumlah siswa SMP yang terdampak 4.774 siswa. Untuk jumlah siswa PAUD/TK terdampak dan siswa SMA terdampak, datanya sedang kami kumpulkan,” kata Sekretaris Dinas Pendidikan, Bambang Budiandoyo, di Wamena, Senin (7/10/2019).(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G