Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Puluhan hostel di Bangkok gratiskan layanan kamar gratis para pendemo reformasi Thailand yang kelelahan. Tercatat sejak pertengahan Juli pengunjuk rasa pro demokrasi yang dipimpin oleh pemuda-pemudi Thailand dan mahasiswa turun ke jalan. Banyak pendemo yang kelelahan setelah disiram meriam air atau bermain kucing-kucingan dengan polisi mulai terik sampai larut malam. Di antara mereka tampak yang terlihat tidur di jalanan.
“Saya merasa kasihan kepada mereka yang tidak memiliki tempat tinggal,” kata seorang mahasiswa kedokteran berusia 23 tahun, yang menolak menyebutkan namanya karena khawatir akan menjadi sasaran pihak berwenang, Kamis, (22/10/2020).
Baca juga : Unjuk rasa menuntut reformasi, Thailand terapkan status darurat
Polisi Thailand semprot demonstran dengan cairan kimia pedas
Aktivis mahasiswa Thailand deklarasi kemenangan rakyat
Sebuah akun Twitter, Mobmeeteenon (pengunjuk rasa punya tempat untuk tidur), membantu menghubungkan pengunjuk rasa ke tempat tidur gratis setelah pemerintah mengeluarkan keputusan darurat bulan ini dan menindak orang-orang yang berkemah di luar rumah.
Relawan berusia 25 tahun lainnya, yang juga membantu mengatur tempat tinggal, mengatakan sekitar 500 orang telah dijamu sejak upaya penyediaan kamar dimulai.
Selain tempat tidur, pengunjuk rasa diberi makan tiga kali sehari dan transportasi untuk melakukan protes.
Ada banyak kamar di hotel dan hostel di Bangkok yang biasanya ramai, yang hampir sepi dari turis asing sejak pihak berwenang menutup perbatasan Thailand untuk sebagian besar penerbangan komersial pada bulan April untuk menahan virus corona.
Seorang pengunjuk rasa dari provinsi Chonburi di timur Bangkok terkejut ditawari tempat tidur ketika dia mengira dia akan tidur di jalan setelah demonstrasi.
“Ada empat orang yang tidur di kamar ini. Ini tempat tidur saya,” kata pria berusia 27 tahun itu, berbicara dari sebuah hostel di pusat kota Bangkok.
Pemerintah mencoba meredakan ketegangan pada hari Kamis dan membatalkan status darurat yang melarang pertemuan politik lima orang atau lebih.
Pada Kamis Royal Gazette mengumumkan pencabutan dekrit status darurat yang berlaku per Kamis tengah hari, dikutip dari CNN.
Pengumuman ini mengikuti pidato Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha yang direkam di televisi pada hari Rabu, yang mengatakan dia mengambil langkah pertama untuk mengurangi ketegangan politik yang telah menyebabkan puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan dalam beberapa waktu terakhir.
“Para pendemo telah membuat suara dan pandangan mereka didengar. Sebagai pemimpin bangsa yang bertanggung jawab atas kesejahteraan semua orang Thailand, apakah mereka pemrotes atau mayoritas yang diam dengan keyakinan politik apa pun, saya akan mengambil langkah pertama untuk meredakan situasi ini,” kata Prayuth dalam pidatonya.
Sehari sebelumnya, tepatnya Rabu, (21/10/2020) pengunjuk rasa mengatakan mereka memberi waktu tiga hari kepada Prayuth untuk mengundurkan diri atau menghadapi lebih banyak demonstrasi.
Seorang perwakilan dari pengunjuk rasa pro demokrasi menyerahkan tiruan surat pengunduran diri kepada kepala polisi metropolitan Bangkok dan perwakilan dari pemerintah Thailand, dan di bagian bawah surat itu ada ruang kosong untuk ditandatangani Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha. (*)
Editor : Edi Faisol