Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Sejumlah ahli mengungkap keindahan tersembunyi di Raja Ampat yang selama ini dikenal sebagai destinasi top dunia. Tercatat Raja Ampat juga menjadi pendaratan manusia purba penutur Austronesia, yang berdatangan dari Asia Tenggara menuju Paparan Sahul, sebuah benua saat Australia dan Papua masih menyatu.
“Raja Ampat jadi lokasi pendaratan pertama nenek moyang bangsa-bangsa Papua, Papua Nugini, dan Australia setelah para ahli arkeologi membuat pemodelan komputer,” kata Dylan Gaffney mahasiswa arkeologi University of Cambridge, Inggris, yang meneliti kehidupan prasejarah di Raja Ampat dalam tulisanya.
Baca juga : Pemkab Raja Ampat tepis tudingan MRPB terkait Rp36 M royalti PT Gag Nikel
Masyarakat adat Raja Ampat pertanyakan royalti Rp36 miliar dari PT Gag Nikel
Kapal pesiar hanya melintas dan tak singgah di daratan Raja Ampat
Hasil kajian itu memungkinkan beberapa peneliti untuk berhipotesis bahwa Kepulauan Raja Ampat mewakili lokasi pendaratan yang paling mungkin. Menurut Dylan, simulasi komputer lain menunjukkan bahwa kolonisasi ini disengaja dan melibatkan ratusan orang yang merencanakan perjalanan mereka, dan dengan sengaja mengarahkan perahu atau rakit kecil dari pulau-pulau Asia Tenggara untuk mencapai Paparan Sahul.
“Para pelaut Zaman Batu itu menetap dan tinggal di Papua hingga Maluku. Salah satu karya mereka yang tersembunyi di dua-gua berupa seni lukis di atas batu, rock art,” kata Dylan.
Rock art di Raja Ampat dan sekitarnya dibincang pakar dalam pembahasan webinar bertajuk “Rock Art Papua dalam Dimensi Ruang dan Fungsi”. Perhelatan itu digelar Balai Arkeologi Papua bersama Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat Daerah Sulawesi, Maluku, dan Papua (IAAI Sulam Papua) Rabu 12 Agustus 2020.
Para narasumber berusaha memecahkan dan mendiskusikan bersama bagaimana korelasi dan makna atas gambar-gambar cadas dari masa prasejarah, yang selama ini banyak menghiasi dinding batuan karts di wilayah seperti Papua, Maluku juga Sulawesi.
Para narasumber berusaha memecahkan dan mendiskusikan bersama bagaimana korelasi dan makna atas gambar-gambar cadas dari masa prasejarah, yang selama ini banyak menghiasi dinding batuan karts di wilayah seperti Papua, Maluku juga Sulawesi. (*)
Editor : Edi Faisol