Papua No.1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Sebagian besar atau sekitar 85% aktivitas pendidikan pada tingkat sekolah dasar terhenti di Distrik Waan. Kondisi itu akibat para guru yang mangkir mengajar.
“Apa yang kami sampaikan ini merupakan fakta, dan tidak bermaksud mengadu domba (fitnah). Kenyataannya memang demikian karena kami juga (berkunjung) ke kampung-kampung,” kata Sekretaris Distrik Waan Alex Ronggo saat dialog bersama anggota DPRD Merauke, Rabu (18/3/2020).
Karena aktivitas pendidikan terhenti, beberapa gedung sekolah dasar (SD) juga terbengkalai. Salah satunya ialah SD Konorauw.
“Ruang belajar (kelas) penuh kotoran hewan. Ada bukti (berupa) foto-foto, dan akan kami serahkan kepada wakil rakyat (DPRD Merauke),” ujar Ronggo.
Dia melanjutkan sebenarnya ada tiga guru yang mengajar di SD Konorauw. Sebanyak dua guru berstatus sebagai tenaga kontrak, dan satu lagi merupakan aparatur sipil negara.
“Mereka (guru kontrak) ternyata bertugas tanpa SK (surat keputusan penugasan) dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Merauke. Kenapa mengurus SK guru kontrak susah sekali? Ini perlu penjelasan dari dinas terkait,” kata Ronggo.
Dia mengatakan beberapa sekolah di Distrik Waan, seperti SD Tor dan SD Kladar, memanfaatkan sukarelawan sebagai pengajar siswa. Mereka merupakan warga setempat yang berinisiatif mengajar lantaran di sekolah tersebut tidak pernah ada gurunya.
Wakil Ketua DPRD Merauke Dominikus Ulukyanan sangat meyakini laporan yang diutarakan Ronggo. Dia juga pernah menyaksikan langsung kondisi serupa di sejumlah kampung terpencil di Merauke.
“Apa yang disampaikan Sekretaris Distrik Waan itu sesuai (benar adanya). Mereka tahu (memahami) kondisi di setiap kampung. Ini menjadi catatan serius bagi (harus diperhatikan) pemerintah,” kata Ulukyanan. (*)
Editor: Aries Munandar