Papua No. 1 News Portal | Jubi
Port Moresby, Jubi – Satgas gabungan militer dan polisi negara akan dikerahkan ke Provinsi Hela di daerah pegunungan Papua Nugini, sebagai tanggapan atas pembunuhan massal pekan lalu.
Perdana Menteri, James Marape, berkata kepada surat kabar Post-Courier bahwa ia telah mengirim Menteri Kepolisian, Bryan Kramer, turun ke lapangan dan melakukan pengamatan atas personel yang ada di lapangan dan atas masalah-masalah yang mendesak. Pengerahan satuan militer yang dikirim ke sana setelah gempa besar tahun lalu akan diperpanjang, tambahnya.
Perwakilan PBB di PNG mengutuk keras pembantaian atas 24 orang, kebanyakan dari mereka perempuan dan anak-anak, dan meminta intervensi secepatnya untuk menghukum para pelaku di pengadilan.
Koordinator Residen PBB di negara itu, David McLoughlin, menegaskan bahwa pembunuhan yang tidak berperikemanusiaan terhadap orang-orang yang memiliki hak fundamental untuk merasa aman dari tindak kekerasan seperti ini tidak dapat diterima.
Awal pekan ini, Marape bersumpah, dalam sebuah pernyataan di Facebook, bahwa ia akan mengejar dan memburu pelaku-pelaku di balik serangan itu.
Provinsi Hela telah diguncang oleh perang suku yang semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir, akibat datangnya proyek LNG dan serangan gempa bumi tahun lalu.
Pekan lalu, setidaknya enam belas perempuan dan anak-anak terbunuh dalam serangan dini hari di sebuah kampung di wilayah pegunungan tinggi PNG. Serangan Senin (8/7/2019) itu terjadi di daerah Tagali di distrik Tari-Pori, Provinsi Hela.
Sebelumnya, juru bicara kepolisian Thomas Levongo berkata ia telah pergi untuk memeriksa langsung TKP di Kampung Karida, menambahkan bahwa korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Dia masih tidak sepenuhnya tahu siapa yang melancarkan serangan ganas ‘hide and seek’ yang sering terjadi di Hela dalam beberapa tahun terakhir.
“Mereka tahu bagaimana cara menyerang musuh mereka. Para korban berada di dalam rumah, dan para pelaku pergi dan menyerang saat mereka sedang tidur.
“Mereka memiliki senjata, mereka juga diserang menggunakan pisau, pisau yang tajam,” jelas Levongo. (RNZI)
Editor: Kristianto Galuwo