Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Tim dan official Sanggar Seni Nafas Danau Sentani (NDS) dibawah asuhan Aliakha Art Center (AAC) berjumlah 12 penari dan 7 pendamping telah bertolak ke Jakarta guna mengikuti Konser Karawitan Anak Indonesia (KKAI) di Gedung Kesenian Jakarta, 19-22 April 2019.
Penata tari NDS, Yusup Ohee, mengatakan koreografi yang dibuatnya ini menceritakan bagaimana masyarakat lokal di pinggiran Danau Sentani, secara kusus Kampung Yokiwa menghadapi datangnya bencana alam besar.
Dikatakan, cerita dalam tarian ini sesungguhnya mengisahkan peristiwa banjir bandang 16 Maret lalu yang terjadi di Kabupaten Jayapura.
“Bencana itu terjadi di Robongholo, gunung yang tinggi itu ibarat gunung meletus yang mengeluarkan lavanya yang turun hingga mengakibatkan naiknya air di Danau Sentani. Lalu, masyarakat mulai mengungsi mencari tempat -tempat yang aman untuk berlindung,” ujar Yusup, di sela-sela persiapan timnya untuk pentas di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat (19/4/2019).
Menurutnya, dalam tradisi orang Sentani, ketika menghadapi bencana alam seperti ini, ada banyak hal yang diyakini dengan perilaku hidup masyarakat. Termasuk dengan tidak ramahnya manusia terhadap alam ciptaan-Nya.
Kata Ohee, alam dan manusia sejak masa penciptaan sudah saling menyatu dan membutuhkan. Ketika ada hal-hal yang merugikan telah dilakukan maka ada konsekuensi secara alami akan diterima termasuk bencana alam itu.
“Sinopsis utama kita adalah suara dari timur, pesan-pesan lingkungan serta bagaimana kita harus bertanggung jawab untuk menjaga dan merawat alam ini dengan baik. Secara khusus Robongholo dan Danau Sentani,” ungkapnya.
Sementara itu, Markus Rumbino, Koordinator Aliakha Art Center (AAC), mengatakan peristiwa banjir bandang di Kabupaten Jayapura adalah peristiwa nasional yang semua pihak telah mengetahui dan memberikan dukungan terhadap dampak yang diderita oleh masyarakat di Kabupaten Jayapura.
“Melalui Kontes Karawitan Anak Indonesia 2019 ini, dan terjadinya bencana alam di Kabupaten Jayapura, ada pesan moral bagi kita semua secara nasional dan kusunya di Kabupaten Jayapura untuk senantiasa menjaga dan merawat alam ini dengan baik. Tidak hanya masyarakat saja, tetapi juga pengambil kebijakan di pemerintahan, pengembang, dan pihak swasta untuk senantiasa dalam melaksanakan pembanguanan bagi kesejahteraan masyarakat harus melihat dampak-dampak yang akan terjadi dalam pembanguanan itu sendiri,” katanya. (*)
Editor: Dewi Wulandari