Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
DINAS Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Merauke terus mendorong sejumlah kampung lokal yang didiami orang asli Papua harus diberikan perhatian secara khusus. Bentuk perhatian yang dilakukan adalah bagaimana memotivasi mereka untuk membuka lahan dalam skala luas, agar dapat dijadikan sebagai areal persawahan.
Tentunya ketika mereka didorong, perlu dipersiapkan segala infrastruktur secara baik termasuk saluran irigasi terlebih dahulu. Selain itu, alat-alat pertanian baik handtraktor, harvester combine (mesin pemotong gabah), serta peralatan lain yang memadai.
Tak kalah penting pendampingan melekat dilakukan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Minimal di satu kampung lokal, harus ditempatkan petugas. Sehingga dapat menjalankan tugas serta tanggung jawab mendampingi petani lokal dalam mengolah areal persawahan yang lebih baik.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Merauke, Eddy Santoso, kepada Jub,i Kamis 15 November 2018, menjelaskan khusus di kampung lokal, secara umum hanya menanam padi sekali setahun. Itu karena sebagian besar lahannya adalah tadah hujan.
Namun demikian, lanjut Eddy, yang dikembangkan adalah padi organik. Harapannya agar ke depan harga jualnya lebih tinggi dibandingkan beras konvensional yang dikembangkan petani lain.
“Jadi, tak ada bahan kimia digunakan. Lalu mengadopsi teknologi petani lokal. Itu dengan tujuan agar tak menyulitkan,” ungkapnya.
Dijelaskan, untuk mendorong sekaligus merangsang petani di sejumlah kampung lokal, sejumlah langkah telah dilakukan yakni pemberian alat mesin pertanian.
“Mudah-mudahan sampai tahun 2019 mendatang, semua kampung lokal termasuk eks transmigrasi, difasilitasi bantuan al shintan sesuai luasan lahan yang dibuka,” katanya.
Berikutnya, menurut dia, koordinasi bersama Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Merauke terus dilakukan. Maksudnya agar fasilitas berupa saluran irigasi di kampung harus dibuka dengan baik.
Dengan infrastruktur pendukung serta fasilitas pertanian lain diberikan, ke depan diharapkan petani lokal dapat memanen setahun dua kali.
“Saya harus jujur mengatakan bahwa infrastruktur bidang pertanian di kampung lokal belum memadai. Olehnya perlu didorong dari sekarang,” ujarnya.
Luasan lahan persawahan yang dibuka di beberapa kampung lokal, jelas dia, baru mendekat sekitar 3.800 hektar. Untuk sementara, paling luas dibuka adalah di Kampung Urumb.
Lebih lanjut Eddy mengatakan tenaga PPL yang ada sekarang 82 orang. Oleh karena masih terbatas, Bupati Merauke, Frederikus Gebze, mengambil kebijakan penambahan tenaga PPL yang direkrut pemerintah setempat.
“Itu dengan tujuan untuk bisa menjangkau sejumlah kampung lokal yang rutin membuka areal persawahan setiap tahun. Nantinya PPL akan ditempatkan di kampung lokal sekaligus mendampingi petani,” katanya.
Target sudah tercapai
Dia juga menjelaskan proses tanam dalam tahun 2018 sampai sekarang sudah mencapai target yakni 56.528 hektar dari dua musim tanam. Untuk rendengan 34.000 hektar serta gaduh 23.000 hektar.
Selain itu, jelas dia, hasil rata-rata produksi mengalami peningkatan yakni 4,2 ton per hektar.
Bahkan, menurutnya, ada beberapa lahan telah dilakukan ujicoba tanam tiga kali dalam setahun.
“Kami masih buat salah satu pilot project dengan penerapan sistem tanam tiga kali,” ujarnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Merauke, Tarsisius Awi, yang dimintai komentarnya mendukung langkah pemerintah memberikan perhatian kepada sejumlah kampung lokal untuk pembukaan areal persawahan.
Dalam beberapa tahun terakhir, menurut Awi, ada kampung lokal di Distrik Tabonji seperti Suam Satu dan Suam Dua yang telah mengolah areal persawahan.
Hanya saja, terdapat sejumlah persoalan dialami petani setempat mulai dari minimnya saluran irigasi maupun fasilitas pendukung lain seperti alat pertanian.
“Saya kira ini menjadi catatan bagi dinas memberikan perhatian ke sejumlah kampung lokal yang rutin membuka lahan setiap tahun,” pintanya. (*)