Saham Anjlok, Freeport Tawarkan 10,6 Persen Saham senilai 23 Triliun ke Pemerintah

Ilustrasi - kindo.hk
Ilustrasi – kindo.hk

Jayapura, Jubi – The Street melaporkan saham Freeport-McMoRan turun 1,62% menjadi $ 5,17 Rabu (10/2/2016) karena turunnya harga minyak dan tembaga yang membebani perusahaan gas alam saat ini.

Namun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia telah merekomendasikan Freeport untuk memperbarui izin ekspor konsentrat. Ini memungkinkan perusahaan tambang yang berbasis di Phoenix Amerika Serikat untuk sekali lagi mengekspor tembaga dan emas dari tambang Grasberg.

Izin ekspor itu sudah berakhir pada 28 Januari, setelah Freeport Indonesia menolak membayar deposit $ 530.000.000 untuk smelter baru sebelum menerima izin ekspor baru.

Izin baru ini, akan memberikan kesempatan pada Freeport Indonesia untuk mengekspor 1 juta metrik ton konsentrat selama enam bulan ke depan, demikian dilaporkan Bloomberg. Tahun lalu, perusahaan ini menambang tembaga senilai US$ 1,7 miliar dan emas senilai US$ 1,4 miliar dari Grasberg. Tentu, jeda perpanjangan ekspor akan menurunkan keuntungan perusahaan ini.

Secara terpisah, penilaian The Street menyatakan harga jual saham dinilai dengan skor D. Analis The Street, Jim Cramer menyebutkan sulit menemukan orang yang agresif dalam menjual saham Freeport saat ini.
“Kelemahan Freeport termasuk risiko manajemen utang umumnya tinggi, keseimbangan pengembalian utang mengecewakan, arus kas operasi yang lemah, umumnya kinerja mengecewakan di saham itu sendiri dan pertumbuhan laba persaham yang lemah,” kata Jim Cramer.

Di Jakarta, Pemerintah Indonesia telah membentuk tim Divestasi Saham Freeport yang merupakan bentukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang wakil-wakilnya merupakan lintas kementerian. Tim ini terdiri dari unsur Kementerian ESDM, Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan dan bertugas menganalisis kewajaran saham Freeport.

Freeport Indonesia telah mengumumkan harga 10,6 persen saham perusahaan asal Amerika Serikat tersebut sebesar 1,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 23 triliun.

Namun menteri BUMN, Rini Soemarno menyebutkan nilai yang ditawarkan Freeport tersebut terlalu tinggi, karena tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.

“Kami tertarik untuk membeli saham Freeport, namun kami menilai yang ditawarkan terlalu tinggi,” tegasnya.

Ia pun menambahkan, pihaknya saat ini sedang meminta dua BUMN sekuritas yaitu PT Danareksa (Persero) dan PT Mandiri Sekuritas (Persero) untuk melakukan evaluasi terhadap penawaran yang disampaikan Freeport Indonesia. (Victor Mambor)

Related posts

Leave a Reply