Rusia tarik Dubes di AS usai pernyataan Biden tentang Putin

Papua
Ilustrasi, pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Rusia menarik pulang duta besarnya di Washington D.C setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut Presiden Vladimir Putin sebagai pembunuh. Wakil Menlu Rusia, Sergei Ryabkov, mengatakan Biden harus “bertanggung jawab” atas relasi AS-Rusia yang merenggang.

Read More

“Duta Besar Rusia di Washington, Anatoly Antonov, telah diminta pulang ke Moskow untuk konsultasi dan menganalisis apa yang harus dilakukan dan ke mana harus pergi dalam konteks hubungan dengan AS,” tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia, Kamis (18/3/2021).

Relasi Kremlin dan Gedung Putih kembali memanas setelah laporan intelijen AS menyebut Rusia mencoba campur tangan dalam pilpres 2020 dan merugikan pencalonan Biden.

Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, Biden menegaskan bahwa Putin akan membayar konsekuensi atas campur tangan Rusia tersebut. “Dia akan membayar harganya,” kata Biden.

Baca juga : Ini alasan Rusia belum ucapkan selamat untuk Biden 

Rusia ancam blokir Twitter jika tak penuhi syarat ini dalam sebulan 

Rusia tangkap teroris, diduga terkait pendirian negara agama

Selain masalah pemilu AS, Putin juga tengah berada dalam tekanan terkait pemenjaraan aktivis Alexei Navalny,  kritikus vokal Putin yang ditahan setibanya di Moskow pada Januari lalu setelah melakukan perawatan dan pemulihan di Jerman usai diduga diracun dengan zat saraf Novichok.

Sejumlah pihak menduga Navalny diracun oleh agen Rusia akibat kritiknya selama ini terhadap pemerintahan Putin.

Dalam wawancara itu, Biden ditanyai apakah menurutnya Putin adalah pembunuh. Ia pun menjawab “Ya, (saya menganggapnya pembunuh).”

Setelah diduga mencampuri pilpres AS 2016, intelijen AS pada Selasa (16/3) menduga Rusia kembali berusaha ikut campur dalam pemilu presiden 2020.

Campur tangan dilakukan Rusia dengan melakukan operasi untuk merendahkan pencalonan Presiden Biden dan Partai Demokrat, mendukung mantan Presiden Trump, merusak kepercayaan publik dalam proses pemilu, dan memperburuk perpecahan sosial politik di AS.

Selain Rusia, laporan juga mengungkap ada beberapa musuh asing yang berusaha ikut mengintervensi pemilu AS. “Namun, tidak ada indikasi bahwa aktor asing itu berusaha mengubah aspek teknis apa pun dari proses pemungutan suara pada pemilu AS 2020, termasuk pendaftaran pemilih, pemberian suara, pemungutan suara, tabulasi, atau hasil pelaporan, ” bunyi kutipan laporan itu. (*)

CNN Indonesia

Editor : Edi Faisol

 

Related posts

Leave a Reply