Rusia dan China bakal lebih banyak pertemuan usai mencabut sanksi Korut

Papua
Ilustrasi, pixabay.com
Ilustrasi, pixabay.com

China dan Rusia mengadakan negosiasi sehari sebelum batas waktu yang ditentukan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bagi Amerika Serikat untuk melunakkan pendiriannya dalam perundingan denuklirisasi yang macet.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Read More

Amerika Serikat, Jubi – Dewan Keamanan PBB akan bertemu secara tidak resmi pada Senin untuk perundingan putaran kedua mengenai usulan Rusia dan China yang mencabut banyak sanksi terhadap Korea Utara. Menurut beberapa diplomat, langkah itu tidak terlalu banyak mendapat dukungan

China dan Rusia mengadakan negosiasi sehari sebelum batas waktu yang ditentukan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bagi Amerika Serikat untuk melunakkan pendiriannya dalam perundingan denuklirisasi yang macet.

Program denuklirisasi tersebut bertujuan agar Pyongyang menghentikan program senjata nuklirnya. Pyongyang memperingatkan Washington awal bulan ini bahwa kegagalan untuk memenuhi harapan terkait program senjata nuklir Korea Utara bisa diganjar  “hadiah Natal” yang tidak diinginkan.

Baca juga : Trump sebut AS awasi Korut secara cermat

Ini kata Trump jika Korut masih punya senjata nuklir

AS dan Rusia tingkatkan upaya hentikan program nuklir Korut

Pejabat tinggi Gedung Putih pada Minggu (29/12/2019) kemarin mengatakan Amerika Serikat akan sangat kecewa jika Korea Utara tetap melakukan uji coba rudal jarak jauh. Selain itu AS akan mengambil tindakan yang tepat sebagai kekuatan militer dan ekonomi terkemuka. Tercatat sejak 2006 lalu AS menerapkan sanksi terhadap Pyongyang atas program rudal dan nuklirnya. Keputusan AS tersebut juga disepakati oleh Dewan Keamanan PBB.

Beberapa diplomat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kesatuan sikap Dewan Keamanan PBB terkait Korea Utara akan terbelah jika Rusia dan Cina melakukan pemungutan suara untuk rencana baru mereka.

Awal Desember Rusia dan China mengusulkan rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan mencabut sanksi terhadap industri yang menghasilkan ratusan juta dolar bagi Korea Utara.

Sanksi-sanksi itu diberlakukan pada 2016 dan 2017 untuk memotong aliran dana yang membiayai program nuklir dan rudal Pyongyang. Dalam upaya untuk mempertahankan persatuan Dewan Keamanan PBB atas Korea Utara, para diplomat mengatakan Amerika Serikat mengajukan rancangan pernyataan pers tentang masalah itu, tetapi langkah itu ditolak oleh Rusia dan China.

“Pada Senin, Rusia dan China justru dijadwalkan melakukan pembicaraan putaran kedua pada rancangan resolusi mereka,” kata para diplomat.

Seorang diplomat Dewan Keamanan, yang tidak bersedia namanya disebutkan, menuduh Rusia dan China pada Minggu berkoordinasi dengan Korea Utara mengenai rancangan resolusi, termasuk membiarkan Pyongyang membuat tambahan teks sendiri, sebelum mereka terlibat dengan Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara.

“China dan Rusia mendorong resolusi pencabutan sanksi terhadap Korea Utara,” ujar diplomat tersebut. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply