Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Rusia menegaskan bahwa mereka akan terus memperkuat sistem pertahanan Myanmar dengan memasok perangkat keras militer, termasuk pesawat tempur untuk junta.
“Ada kerjasama erat antara kami dalam penyediaan perangkat militer, termasuk pesawat terbang,” kepala industri senjata Rusia Rosoboronexport, Alexander Mikheev dilaporkan kantor berita Interfax, Rabu (21/7/2021) kemarin.
Baca juga : Perusahaan minyak Cina jual bahan bakar jet ke junta militer Myanmar
Ratusan demonstran Myanmar tewas dalam sehari, termasuk anak-anak
Myanmar semakin mencekam, 261 orang dilaporkan tewas sejak kudeta militer
Meski tak memberikan rincian lebih lanjut peralatan tempur apa saja yang akan dikirimkan ke Myanmar. Namun dalam pameran dirgantara tahunan Rusia yang dihadiri Presiden Vladimir Putin Selasa (20/7/2021), Mikheev menyebut Myanmar salah satu klien utama Rosoboronexport di Asia Tenggara. Selain itu, Myanmar juga mitra utama Rostec, konglomerat pertahanan dan kedirgantaraan Rusia.
Tercatat Rusia memang menjadi salah satu pemasok senjata bagi Myanmar. Bulan lalu pemimpin junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing melakukan kunjungan ke Rusia. Saat bertemu Rusia Sergei Shoigu, Min mengucapkan terima kasih ke Moskow karena terus memperkuat militer mereka selama ini.
Shoigu juga berkomitmen bahwa Rusia akan terus memperkuat hubungan militer dengan Myanmar. Ia menganggap Myanmar sebagai salah satu mitra strategis dan sekutu yang dapat diandalkan.
Kerja sama pertahanan antara kedua negara telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Moskow memberikan pelatihan militer dan beasiswa universitas kepada ribuan tentara Myanmar. Rusia juga menjual senjata ke militer Myanmar, yang saat ini masuk daftar hitam sejumlah negara Barat.
Sejumlah aktivis HAM menganggap Moskow melegitimasi kudeta militer 1 Februari lalu karena menjamu Aung Hlaing dan melanjutkan kesepakatan perdagangan senjata dengan Myanmar.
Baru-baru ini, junta Myanmar menolak resolusi Majelis Umum PBB yang menyerukan embargo senjata ke negara tersebut. Embargo senjata diterapkan setelah junta militer Myanmar terus menindak brutal para pedemo anti-kudeta. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol