Rumah Adat “Keik Malamoi” jadi tempat Festival Film Papua III

Panitia FFP III sedang melakukan berbagai persiapan menuju penyelenggaraan Festival di Gedung LMA Keik Malamoi di Kota Sorong, Papua Barat, Rabu (31/7/2019). – Humas FFP III untuk Jubi

Jayapura, Jubi – Keik Malamoi, rumah kebanggaan masyarakat suku Moi di Sorong, Papua Barat, kini sedang dipercantik. Gedung berkapasitas hingga 700 orang itu sudah mulai ditata dengan dekorasi panggung dan spanduk. Sementara di halamannya, kayu-kayu sudah mulai didirikan, membentuk stand-stand, yang akan digunakan selama Festival Film Papua (FFP) III.

Ketua FFP III, Agus Kalalu mengatakan kegiatan yang dilakukan itu dalam rangka menyambut penyelenggaraan Festival, yang akan berlangsung selama empat hari, dimulai pada 5 Juli 2019.

Read More

“Keik Malamoi ini merupakan kebanggan kami, khususnya dari suku Moi. Mewakili Panitia FFP III dan pemuda Moi, saya ucapkan terima kasih kepada Ketua LMA Malamoi, Pak Silas Kalami dan jajarannya, yang membolehkan kami menggunakan gedung ini,” kata Agus Kalalu, dari Sorong, via seluler, Rabu (31/7/2019).

Agus menjelaskan, Keik Malamoi dapat diartikan sederhana sebagai rumah orang Moi untuk berkumpul. Dalam bahasa Moi, Keik sendiri berarti rumah; kemudian, Mala terkait alam yang mencakup: tanah, hutan, sungai, laut. Sedangkan Moi sendiri merupakan nama suku orang asli di Sorong.

“Kalau ada kegiatan adat orang Moi, biasanya menggunakan tempat ini untuk berbicara. Dan, sekarang, kami sebagai pemuda Moi tentu bangga menggunakan rumah sendiri untuk melakukan agenda besar FPP III ini,” katanya.

Dari tempat yang sama, Wakil Ketua Panitia FFP III, Max Binur, menjelaskan bahwa Keik Malamoi menjadi tempat yang sangat representatif. Baik dari nilai budaya (suku Moi), bahwa Festival film Papua tahun ini akan mengusung tema: Perempuan Penjaga Tanah Papua. Tempat ini juga memiliki luas kapasitas ruangan yang dapat menampung peserta dan memiliki halaman yang luas.

“Tempat ini representatif sekali untuk melaksanakan kegiatan FFP, di mana aula utamanya dapat menampung sekitar 600-700 orang. Sehingga saat pemutaran film dan diskusi bersama, semua masyarakat yang hadir mendapatkan tempat untuk menonton,” kata Max.

Panitia FFP III sedang melakukan berbagai persiapan menuju penyelenggaraan Festival di Gedung LMA Keik Malamoi di Kota Sorong, Papua Barat, Rabu (31/7/2019). – Humas FFP III untuk Jubi

Max juga menerangkan, selain memutar film-film bertema dokumenter maupun advokasi, dalam rangkaian Festival ini juga akan memberikan ruang-ruang diskusi berbagai tema dan musik tradisional.

Kegiatannya terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Sehingga semua masyarakat di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong diharapkan ikut meramaikan acara tersebut. “Jangan lupa tanggal 5 Agustus 2019 akan ada Pelangi Budaya Mambesak,” katanya.

Sebagai informasi, FFP III ini diselenggarakan oleh Papuan Voices. Papuan Voices, yang adalah komunitas film yang terbentuk tahun 2011. Berawal dari program pelatihan produksi dokumenter yang dibuat oleh EngageMedia yang bekerja sama dengan SKPKC Fransiskan Papua, SKP Keuskupan Agung Merauke dan JPIC MSC di Merauke. Para peserta pelatihan lalu menyatukan diri dalam wadah Komunitas film bernama Papuan Voices. Dan FFP merupakan agenda tahunan Papuan Voices. (*)

Editor: Angela Flassy

Related posts

Leave a Reply