Papua No. 1 News Portal | Jubi
Orang tua dan alumni mengeluhkan biaya penerimaan siswa baru di SMA Negeri 1 Nabire yang dinilai mahal dan tidak bisa dicicil. Salah satu komponen biaya yang dipertanyakan adalah biaya tes IQ (Intelligence Quotient).
Orangtua mana yang tidak senang anaknya berhasil masuk ke sekolah negeri yang terdepan di kotanya. Itu juga dialami seorang warga di Nabire yang anaknya berhasil diterima di SMA Negeri 1 Nabire.
Namun rasa senang itu menjadi menggelisahkannya karena ternyata untuk menjadi siswa di sekolah favorit di kota Nabire, Kabupaten Nabire, Papua tersebut ia mesti membayar Rp3,55 juta.
“Kemungkian besar dengan mahalnya biaya pendaftaran dan diharuskan melunasi tanpa mencicil pasti mengakibatkan ada orang tua yang mundur,” katanya kepada Jubi, tapi meminta namanya tidak disebutkan di media.
Perincian pembayaran diberitahu sekolah, yaitu untuk seragam empat set Rp1,2 juta. Keempat set adalah seragam putih-abu-abu, seragam baju batik, pakaian olahraga, dan pakaian pramuka.
Kemudian uang komite dibayar sekaligus enam bulan atau satu semester Rp600 ribu, artinya per bulan Rp100 ribu. Uang sarana-prasarana dan peralatan Laboratorium IT serta jasa jaringan Rp1 juta untuk tiga tahun, biaya sampul rapor Rp100 ribu, konsumsi kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa) selama lima hari Rp300 ribu, dan biaya tes Intelligence Quotient (IQ) Rp350 ribu.
Total biaya yang harus disetor ke sekolah Rp3.550.000.
Ia juga mempertanyakan biaya untuk tes IQ dengan mendatangkan lembaga yang melakukan tes dari Makassar.
Orangtua siswa lainnya yang juga meminta namanya tidak dicantumkan, kepada Jubi juga mengeluhkan mahalnya biaya masuk di SMAN 1 Nabire.
Ia menyorot biaya sarana dan prasarana yang menurutnya tidak termasuk ke dalam standar pendidikan serta juga biaya tes IQ dan biaya jaringan. Baginya ada keganjilan pada biaya tersebut.
“Misalnya biaya jaringan hanya digunakan siswa saat Ujian Nasional, artinya hanya setahun sekali, namun dibayarkan tiap bulan dan total satu tahun menjadi Rp1 juta,” katanya.
Kedua orangtua siswa baru tersebut berharap ke depan pihak sekolah bisa mengurangi biaya siswa baru.
Sorotan biaya masuk juga disampaikan Erna Rumsaur, ketua alumni SMAN 1 Nabire Angkatan 1993. Selain juga menilai mahal, ia menyorot tidak adanya kelonggaran yang diberikan kepada orangtua yang anaknya dinyatakkan lulus dalam pelunasan, padahal sekolah akan dimulai 11 Juli 2019.
“Makanya ada yang mengeluh, sebab MOS atau masuk sekolah kan masih bulan depan, seharusnya sekolah memberikan kelonggaran bagi yang mencicil,” ujarnya.
Selain itu, katanya, saat pengumuman pertama pihak sekolah menyampaikan orangtua menyiapkan Rp1.250.000 dulu. Namun hari terakhir sikap mereka berubah harus dilunasi Rp3.550.000.
“Lalu orangtua siswa juga menanyakan dalam rincian hanya terdapat Rp3,2 juta, sedangkan Rp350 ribu tidak ada dalam rincian, kata sekolah itu untuk biaya tes IQ untuk penentuan minat dan bakat,” kata Rumsaur kepada Jubi di Nabire, Senin, 10 Juni 2019.
Kepala SMAN 1 Nabire, Dambut Bernadus, yang dikonfirmasi Jubi mengatakan semua biaya sudah disampaikan dalam rapat bersama dengan orangtua atau wali siswa baru.
“Semua sudah disepakai bersama dalam rapat orangtua siswa,” katanya Rabu, 12 Juni 2019.
Terkait tes IQ, Bernadus mengatakan itu hanya mungkin dilakukan oleh lembaga dengan psikolog yang profesional. Itulah alasannya sekolahnya mendatangkan ahlinya dari Makassar.
“Tes kecerdasan memerlukan ahli yang menguji kemampuan manusia sehingga (kami) tahu persis kemampuan manusia itu ke hal mana sesuai dengan otak yang dimiliki,” ujarnya.
Soal pembayaran, kata Bernadus, dalam pertemuan dengan orang tua memang dibahas agar pembayaran dilakukan sekaligus.
“Namun dalam pelaksanaannya tidak demikian, kami juga mengerti keadaan orangtua siswa yang berbeda,” katanya.
Jadi, tambahnya, jika ada yang masih kekuarangan uang biasanya berhubungan dengan kepala sekolah. Kepala sekolah akan menyampaikan kepada panitia agar yang bersangkutan bisa diberikan toleransi.
“Itu kan kebijakan dan nantinya kebijakan itu ada, tapi di forum tidak boleh langsung disampaikan, bagaimana wibawa sekolah dan nyatanya sampai saat ini masih ada kekurangan pembayaran yang kita beri kelonggaran,” ujarnya.
Sementara di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, sekolah sedang mempersiapkan membuka jadwal pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2019/2020 pada 25 Juni 2019.
Antara menyebutkan Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Biak, Tinneke R. Mansnembra, Nomor 009/1130 tentang kalender pendidikan menyebutkan waktu pendaftaran peserta didik baru untuk berbagai jenjang pendidikan akan dilaksanakan serentak 25-29 Juni 2019.
Kepala SMA Negeri 1 Biak, Ruben Paknik, mengatakan jadwal pendaftaran peserta didik baru akan dilaksanakan sesuai dengan kalender Dinas Pendidikan.
“Secara detail berapa kuota siswa yang akan diterima kami masih menunggu keputusan rapat dengan Dinas Pendidikan,” ujarnya.
Sedangkan Kepala SD Yapis 1 Biak, Ngarisan, mengatakan waktu pendaftaran siswa baru di sekolahnya juga menyesuaikan dengan jadwal kalender pendidikan sesuai edarah Dinas Pendidikan.
“Panitia penerimaan siswa baru SD Yapis 1 Biak sudah disiapkan menjalankan tugas untuk pendaftaran murid baru tahun pelajaran 2019/2020,” ujarnya.
Sejumlah sekolah dari Taman Kanak-kanak hingga SMA/SMK sudah memasang papan pengumuman informasi tentang penerimaan siswa baru yang dipasang di lingkungan sekolah maupun pertigaan jalan. (*)
Editor: Syofiardi