Ribuan suvenir gantungan kunci untuk PON XX

papua
Beni Rumbiak memperlihatkan suvenir gantungan kunci berbentuk maskot yang akan dijual pada PON XX. -Jubi/Theo Kelen.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Beni Rumbiak, laki-laki 60 tahun, sudah sejak tiga bulan lalu membuat suvenir khusus PON (Pekan Olahraga Nasional) XX Papua. Ia membuat suvenir gantungan kunci berbentuk maskot tiap bidang olahraga yang diperlombakan pada PON XX.

Read More

“Saya cari tahu dia punya gambar yang bagus terus saya bikin, semuanya bernuansa olahraga,” ujarnya.

Pertimbangan bahwa PON baru pertama kali digelar di Papua menggerakan Beni Rumbiak untuk membuat karya seni yang mudah dibawa pulang sebagai kenangan dan digemari semua kalangan.

“Sementara ada yang bikin, tapi pasti dorang bikin yang bentuk boneka, jadi saya memilih yang bisa disenangi oleh orang tua, muda, laki-laki, perempuan dan mudah dibawa ke mana-mana, sekaligus menjadi satu kenangan pada saat hari PON,” katanya.

Beni Rumbiak yang sudah 23 tahun menekuni kerajinan seni membuat gantungan kunci maskot bentuk kanguru dan burung cenderwasih. Dua maskot utama dari PON XX Papua.

Ia juga membuat gantungan kunci maskot dari setiap bidang olahraga, seperti sepakbola, voli, bulu tangkis, hingga tinju.

Ia  sudah memiliki persedian 100 buah. Hingga PON nanti, ia berencana membuat 3.000 buah. Beni Rumbiak memakai bahan pipa paralon agar lebih tahan lama. Bahan lain yang ia gunakan adalah cat, amplas, mata gergaji, lem fox, dan serbuk kayu.

Dalam pembuatan ia berkerja dengan delapan anggota keluarga.Untuk mengerjakan satu gantungan kunci maskot dibutuhkan waktu satu jam.

Proses pembuatan diawali dari menggambar pipa sesuai dengan pola yang diinginkan. Pola tersebut dipotong, lalu diperhalus memakai amplas. Kemudian kepala dibentuk memakai serbuk kayu.

Setelah itu dipasangkan mahkota dari cincin wamena yang telah dilingkari dengan bulu kasuari. Tahap akhir dicat, lalu dijemur hingga kering dan siap dijual.

Sekali produksi Beni Rumbiak mengeluarkan biaya Rp500 ribu dengan hasil  500 buah. Ia akan menjual gantungan kunci seharga Rp100 ribu per buah.

“Soal harga pasti bisa tawar-menawar, bahkan bisa turun sampai Rp10 ribu, kita tidak tahu saat PON nanti, mungkin ada yang mau beli tapi tidak memiliki uang cukup akan tetap kita layani,” ujarnya.

Bila nanti terjual 3.000 buah, Beni Rumbiak menargetkan keuntungan Rp50 juta sampai Rp60 juta. Penjualan sudah mulai dilakukan melalu Instragam “Wadomu Art” yang dikelola anak perempuannya, Maya Rumbiak. Juga di galeri “Wadomu Art”  Ruko C16 Pasar Kelapa Dua Entrop, Jayapura.

Untuk penjualan di arena PON, ia tidak terlalu mengharapkan akan mendapat stan, tapi mengutamakan akan memakai sistem “meja jalan” atau berjualan secara keliling. Sistem jualan seperti itu menurutnya lebih cepat laku dan mampu menjangkau setiap pengunjung di arena PON.

Andris Wakum, pria 62 tahun, asal Biak juga membuat suvenir khusus PON. Ia juga menyiapkan gantungan kunci. Tapi juga membuat suvenir dari batok kelapa.

Ia sudah membuat dari Desember 2020. Ia memilih membuat suvenir jenis ini karena mudah memperoleh bahan dan ringan untuk dibawa pembeli sebagai oleh-oleh.

“Kalau batok kelapa saya ambil di Skouw, tapi bahan gantungan kunci saya ambil di Pantai Pasir 6,” ujarnya.

Suvenir gantungan kunci ia buat bermotif cederawasih, gambar tifa, kapak batu, motif wajah Papua. Sedangkan suvenir dari batok kelapa ia buat berupa motif burung cenderawasih, katak, buaya, burung hantu, dan bentuk kepala suku.

Ia berencana membuat 2.000 buah gantung kunci dan suvenir dari batok kelapa 200 buah. Dalam pembuatan, ia sendiri mengerjakan karya seninya. Untuk mengerjakan, ia dalam sehari bisa dapat enam buah guntingan kunci. Tapi untuk suvenir dari batok kelapa membutuhkan waktu tiga hari.

Biaya produksi untuk suvenir gantungan kunci Rp10 ribu lalu menjual seharga Rp20 ribu. Tapi untuk suvenir batok kelapa Rp50 ribu terus dijual seharga Rp200 ribu. Artinya keuntungan dari suvenir Rp160 ribu.

Andris Wakum menargetkan saat PON terjual 2.200 suvenir dengan target  keuntungan Rp50 juta. Penjualan sudah dilakukan, ia menitipnya di galeri lantai 2 di Bandara Theys Hiyo Eluay Sentani. Juga dijual di Sanggar Seni Rupa “Art Charei dan Imeldi” di Mega Futsal Abepura, Jayapura.

Untuk penjualan di arena PON, Disperindagkop Kota Jayapura membantu membuatkan stan. Selain itu Disperindagkop juga akan mendistribusikan ke hotel-hotel di Jayapura.

“Ini bisa mempermudah wisatawan PON dari luar untuk tidak cari jauh-jauh lagi to,” katanya. (*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply