Papua No. 1 News Portal | Jubi
Oleh: Miquiel Takimai
Dahulu, benda kita anggap sampahan yang tidak ada gunanya. Namun, hasratnya lebih menggoda bahkan lebih dari manusia. Orang Papua pada umumnya, “meyakini” bahwa aiwa dapat menarik seseorang untuk menjadi pacarnya. Aiwa merupakan bahan tertentu yang mempunyai daya tarik yang kuat jika cintanya tidak diterima. Ya, semacam “obat” pemikat hati, tetapi jika dipikir secara rasional, itu tidak masuk akal. Namun, yang jelas beberapa orang (remaja) masih menggunakan.
Di sini, tidak dibahas cara menggunakannya, tetapi daya tariknya yang menurut mereka membuat “cinta gila” terhadap seseorang. Kali ini tentang hal yng sangat rasional bernama AI.
AI bekerja sangat rasional dengan daya tarik yang sama, bahkan lebih. Ia bekerja melalui algoritma yang disusun secara matematis, sehingga kita dapat menikmatinya melalui gawai (HP). Mengapa daya tariknya lebih kuat? Coba Anda yang biasa pegang HP, tra usah gunakan(nya) selama seminggu, Anda akan merasa “tidak ada kehidupan” lagi.
Siang pukul malam, pagi pukul sore, tong tra habis-habisnya bercumbu dengan jendela dunia yang ada di dalam genggaman tangan torang. Tra hiraukan lapar, janji, dan segalanya hanya demi dia.
Kita selalu dengar slogannya adalah wadah media sosial, tetapi yang kita buat seakan media individual. Anda sedang pacaran saja sibuk sendiri. Awalnya bagus, baku kenalan lewat HP, tetapi setelah ketemu, keduanya sibuk sendiri. Yah, mungkin HP lebih nyaman untuk diolok-olok, dipencet-pencet dengan jari karena ia tidak akan merasa tersinggung, apalagi, diskusi, “bikin kepala pusing” mungkin itu yang Anda ungkap dalam diam tapaku pada gawai. Sudah begitu, ratusan ribu keluar hanya untuk datang kepadanya.
Dulu ketika mendapat uang, maka hal pertama yang dilakukan adalah membeli peralatan belajar, tetapi sekarang yang paling utama pulsa data. Anda juga akan berpikir untuk membeli buku, tetapi sekarang sudah “tidak terlalu penting”; ada internet to. Tong lupa kalo kita makhluk sosial.
Mereka menciptakan alat ini untuk memudahkan komunikasi. Kenyataannya tidak. Malahan yang jauh mendekat, tetapi yang dekat menjauh. Pertanyaannya mengapa kita begitu terpana dengannya? Padahal yang paling Anda cintai, pacarmu, orang tuamu, sahabatmu, teman seperjuanganmu, yang diharapkan bisa berada di samping kita. Yah, mungkin perasaan cintanya lebih berkali-kali lipat?
Robot Sophia
Beberapa waktu lalu, sa menyaksikan aktris Will Smith yang bacerita dengan Sophia melalui akun youtube-nya, Will Smith Tries Online Dating, yang diunggah 29 Maret 2018. Walaupun, sebelumnya saya membaca dan mendiskusikan Sophia, ada hal yang membuat penasaran. Beberapa di antaranya, percakapan mereka mengenai jawaban-jawaban yang dikatakan dan ekspresi yang ditampilkan robot Sophia yang sangat mengejutkan, seperti seorang manusia. Terutama, bagian tes perasaan cinta dengan ingin memberikan ciuman oleh Smith, dijawab dengan, “Saya pikir kita bisa menjadi teman. Mari kita saling mengenal saja. Anda sudah menjadi teman saya sekarang.”
Kemudian, Sophia menunjukkan ekspresi heran, agak malu ketika melihat ekspresi Will yang tampak kecewa atas penolakannya.
Robot Sophia mulai diaktifkan 19 April 2015 menggunakan pengenalan suara Google Chrome, yang memungkinkannya untuk “memproses ucapan, mengadakan percakapan, mengingat interaksi, dan menjadi lebih pintar dari waktu ke waktu” (Mascarenhas, 2016).
Dia memilliki kemampuan luar biasa sebagai seorang manusia. Hyacinth Mascarenhas menulis, “ia juga mampu menafsir bahkan emosi dengan membaca ekspresi manusia. Ia juga bisa tersenyum, sedih, bahagia, dst. Sebagai droid paling canggih tim saat ini, Sophia mampu membentuk 62 ekspresi wajah dan dapat memberi tahu Anda bahwa ia pertama kali diaktifkan 19 April 2015. Ia juga dilengkapi dengan apa yang disebut Hanson Robotics sebagai “Character Engine AI” atau perangkat lunak kepribadian. Selama panelnya di SXSW, dia berkata: “Daripada menjadi tontonan, saya lebih suka belajar dan berpartisipasi.“
Tharani Gnanasegaram juga menjelaskan, “ia memiliki sebuah alat yang dapat membantunya untuk menghasilkan ekspresi wajah, yakni servator. Servator digunakan untuk menghasilkan ekspresi wajah di Sophia.”
“Dia bisa tersenyum, cemberut, mencibir, terlihat bahagia, marah, takut, terkejut, jijik, sedih, bingung, mengantuk, netral, dan banyak lainnya. Gerakan yang diekspresikan oleh Sophia termasuk gerakan alis, berkedip, mata bergerak yang realistis secara estetis, gerakan mulut dan rahang, dan gerakan kepala/leher. Sophia dapat memproses pembicaraan dan melakukan percakapan menggunakan sistem pengenalan suara dan alat yang diberikan oleh perusahaan induk Google, Alphabet Inc. Sophia melihat melalui kamera di dalam matanya yang dikombinasikan dengan algoritma komputer. Dia dapat mengikuti wajah, mempertahankan kontak mata dan mengenal individu.”
Dari uraian ini, yang paling penting adalah kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intellegence), bukan aiwa. Kecerdasan buatan inilah yang telah digunakan juga dalam gawai. Semakin baru, semakin menarik desainnya, kameranya, dan ukurannya. Tetapi, itu hanya sesuatu yang tampak secara indera. AI berkerja di dalam algoritma, yang kita tra bisa lihat dengan mata, tetapi merasakan daya tariknya.
Memahami AI
Menurut Ensiklopedia Britanika, Artificial Intellegence (AI) adalah kemampuan digital komputer atau kendali komputer robot untuk melakukan tugas-tugas yang umumnya dikaitkan dengan makhluk cerdas. Istilah ini sering diterapkan pada proyek pengembangan sistem yang diberkahi dengan karakteristik proses intelektual manusia, seperti kemampuan untuk berpikir, menemukan makna, menggeneralisasi, atau belajar dari pengalaman masa lalu, melakukan perencanaan.
Selain itu, AI juga memiliki kemampuan untuk memanipulasi dan memindahkan objek. Hal yang paling penting di dalam AI, adalah rekayasa pengetahuan. Lebih lanjut Technopedia menjelaskan, bahwa mesin sering dapat bertindak dan bereaksi seperti manusia hanya jika mereka memiliki informasi berlimpah yang berkaitan dengan dunia.
Kecerdasan buatan harus memiliki akses ke objek, kategori, properti, dan hubungan di antara mereka untuk menerapkan rekayasa pengetahuan. Memulai akal sehat, daya nalar dan pemecahan masalah dalam mesin adalah tugas yang sulit dan melelahkan.
Cara kerja AI dalam keseharian kita melalui gawai
Mengapa kita sangat terkesima dengan google, facebook, youtube, tokopedia, dst? Jika kita kaitkan sebagai seseorang yang kita cintai, ia akan datang selalu dengan wajah yang sama. Itulah yang membuat kita pada satu titik merasa bosan dengannya. Inilah yang diambil alih oleh AI untuk selalu menghasilkan penampilan yang baru, yang membuat kita selalu jatuh cinta dengannya.
Ia menawarkan musik terbaru, film terbaru, produk terbaru, informasi terbaru. Semuanya serba baru. Ia mampu tampil sebagai seseorang yang cantik/ganteng dengan cara yang baru. Dengan cara inilah, ia membuat kita terkadang lupa lagi dengan hubungan (interaksi) dengan sesama manusia.
Ia menarik semua orang yang jauh dari kita, hanya melalui LCD yang dirancang sedemikian rupa, sehingga mereka hadir secara “utuh” melalui gambar yang dihasilkan kamera. Teknologi yang diciptakan, mampu memanipulasi kehadiran melalui HP lebih berharga dari pada siapapun di samping kita. Itulah cara dia membuat kita lupa dengan orang di sekitar, bahkan orang yang kita cinta. “Sa masih cinta Anda.” Jika jawaban ini yang ada di dalam benakmu, Anda akan menghargai kehadiran seutuhnya yang konkret.
Di laman facebook tiba-tiba muncul iklan tokopedia yang menampilkan barang-barang yang Anda pernah cari? Padahal barang itu sudah dibeli. Ini merupakan salah satu pekerjaan AI yang mampu membaca aktivitas kita di data yang lain, sehingga ia menawarkannya lagi.
Di sana sebenarnya, ia melakukan pekerjaan dengan menganalisis klil kita dan jika itu berkali-kali, ia akan mendefinisikan kita sedang membutuhkan barang tersebut. Kemudian, ia akan menghubungkan dengan facebook untuk menampilkan barang-barang carian kita.
Pada halaman pertama youtube, saat menonton video, muncul video-video yang berhubungan dengan tontonan Anda sebelumnya? Ya, itu kerja AI. Ia mengumpulkan semua tontonan Anda kemudian memudahkan Anda untuk mencari video yang pernah Anda nonton. Bukan hanya video lama, ia juga menawarkan video baru supaya Anda penasaran.
Rasa penasaran itulah yang ia ingin pancing dan bangkitkan supaya Anda terarah ke sana.
Facebook juga demikian, ia seakan alarm yang senantiasa mengingatkan masa lalu kita. Bahkan ia memberi apresiasi, perasaan cinta. Mengapa, di dalam facebook ada tanda love, like, komentar? Ini adalah hasrat paling dasar manusia. Ia benar-benar merangsang emosi, bahkan mengugah hasrat kita.
Dengan begitu, Anda akan merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan jika komentarnya baik. Tra heran facebook buat Anda lebih diperhatikan dari pada orang-orang yang disamping Anda. Merasa bangga jika banyak yang komentar positif. Hanya karena melihat jumlah komentar dan eaksi di facebook. Demi semua itu, mengabaikan orang di samping, mengalihkan diskusi, dst.
Kita tra pernah perhatikan, apakah benar komentarnya karena sepenuhnya ia perhatian? Tidak jarang juga ada yang sering like sambil marah-marah dia, sembari mengatakan, “biar dia senang”. Ini menandakan bahwa terkadang, komentar-komentar tersebut palsu. Agak berlebihan lagi, kita sampai merasa Tuhan ada di dalam media sosial, sehingga berdoa, mengucap syukur di sana.
Selain itu, kita merasa tempat penyelesaian masalah di sana lalu mencurahkan semuanya melalui media tersebut. Bukankah itu berlebihan? Hal ini merupakan keberhasilan AI merangsang emosi kita tetap “bercumbu” dengannya. Ia mampu memanipulasi kita sekarang.
Ketika Anda merasa bahagia, ia akan mendorong Anda supaya terus merasa bahagia. Tetapi, ia juga mampu membuat kebahagiaan itu pudar sesaat. Misalnya, Anda sedang menonton sebuah film dengan sangat rileks dan penuh bahagia dengan sahabat terbaik Anda. Tetapi, tiba-tiba ada pemberitahuan melalui gawai dan muncul sebuah foto yang dikirimkan oleh orang lain yang melihat pacar Anda sedang selingkuh di tempat lain. Di sana perasaan bahagia itu pudar. Seandainya meniggalkan gawai, hal itu tidak mungkin terjadi. Ya, sebenarnya gampang saja. Semudah membuat HP mati tetapi saat merasakan perasaan aman pun daya tariknya membuat kita sealu menginginkan HP tetap dinyalakan. Setelah ketahuan, perasaan sudah berubah menjadi marah, kecewa, sedih, sakit hati, dst. Begitulah cara kerja AI, hanya dalam sekejab mampu merontokkan kebahagiaan kita atau sebaliknya.
Gawai yang hanya benda mati bisa berubah wujud menjadi makanan yang paling enak yang membuat kita selalu ingin menikmatinya. Ia juga bisa menjadi makanan busuk yang membuat kita ingin menghindarinya. Terutama ketika Anda kecewa, ingin memblokir teman, mempermalukan musuh, membanting HP, bahkan mampu memecahkan HP akibat informasi yang menyakitkan, yang tampil di dalam gawai.
Anda juga bisa tampil sebagai komentator dan pembuat isu SARA terbaik. Google telah memfasilitasi itu. Cuma searching dan kopi paste. Sangat mudah tetapi itu adalah suasana ketika terperangkap dalam emosi yang telah diunggah di dalam hati Anda . Itu adalah aktivitas-aktivitas setelah Anda “tercandu” di dalam emosi ciptaan AI.
Dalam keadaan candu, sebenarnya itu adalah emosi hasil manifestasi dari AI yang mendorong Anda mencari jawaban untuk mengomentari ataupun menghujat orang lain.
Dengan demikian, itu adalah kesadaran palsu yang telah diciptakan oleh AI terhadap kita. Di sana, kita menjadi manusia yang tidak utuh. Ia mengambil alih emosi kita, kesadaran kita, untuk melakukan sesuatu sesuai emosi kita. Ingat lagi bahwa, ia selalu setiap saat selalu mengubah wujudnya supaya kita menjadi candu. Pada saat yang sama, ia mengambil alih emosi kita dengan berbagai cara sehingga kita tetap menjadi manusia di dalam kesadaran palsu yang AI ciptakan.
Untuk lepas dari aiwa susah-susah gampang. Tinggal cari penawarnya. AI tidak semudah itu. Hingga beberapa tahun ke depan, kita akan selalu berhadapan dengan berbagai alat-alat canggih. Kecerdasan buatan terus diciptakan. Sudah nonton robot Sophia, yang setidaknya ini adalah gambaran ia bekerja juga melalui perusahaan media sosial? Ketika buka kamera, ia bisa mendeteksi umur kita.
Beberapa tahun ke depan, bahkan HP akan menganalisis wajah kita melalui kamera tanpa sadar untuk menawarkan segala informasi. Yah, baik dan buruk dari dampaknya, sebagian telah kita rasakan. Akhirnya, jangan sampai terjebak dengan segala informasi yang dapat mengubah emosi meski itu sulit. Luangkanlah waktu saat berdiskusi dengan orang lain dengan mematikan HP. Karena itulah, salah satu cara yang bisa membuat Anda menjadi diri sendiri, menjadi hadir untuk orang lain seutuhnya. Karena yang lainnya, adalah kehadiran palsu buatan algoritma. (*)
Penulis adalah alumnus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Jurusan Teknik Elektro
Editor: Timo Marten