Papua No. 1 News Portal | Jubi,
BAHAYA PENYEBARAN VIRUS HIV-AIDS di Tolikara semakin mengkhawatirkan. Virus mematikan yang mulai ditemukan tahun 1980an di pedalaman Papua ini memang bukan hal baru di masyarakat. Namun, ironis! Jumlah penderitanya terus bertambah. Per Oktober 2017, penderita HIV dan AIDS di Tolikara mencapai 604 kasus.
“Data kami yang 604 orang itu hanya yang rajin kontrol dan minum ARV (antiretroviral), belum terhitung yang tidak rutin berobat,” kata Sekretaris KPA Tolikara, Arianto Kogoya kepada Jubi via seluler, Minggu (4/2/2018).
Meski belum dapat menekan angka penderitanya, Arianto mengatakan KPA Tolikara terus menyosialisasi bahaya virus tersebut hingga aksi “jemput bola” dengan mendatangi rumah-rumah warga.
Beberapa program KPA Tolikara dalam tahun 2018 ini adalah putus rantai HIV lintas batas kabupaten, sosialisasi di 20 distrik, meningkatkan kesadaran dan pendidikan lewat pemasangan alat peraga, hingga pemberian bingkisan kepada pasien.
Lintas batas
Program lintas batas adalah membangun kesadaran masyarakat akan bahaya HIV dengan target masyarakat di kampung-kampung yang berbatasan langsung dengan kabupaten-kabupaten tetangga. Daerah yang menjadi sasaran program ini adalah distrik Ilu dan Yoga (Puncak Jaya), distrik Nimba dan Poganeri (Lani Jaya), dan distrik Kelila dan Bokondini (Memberamo Tengah).
“Jadi, kita tidak hanya di Tolikara saja. Kita berkomitmen untuk memutus tali rantai HIV sampai ke kabupaten tetangga… Masyarakat yang tinggal di daerah yang berbatasan dengan Tolikara ini, kita kan bersaudara. Jadi, bisa juga HIV masuk ke Karubaga (Tolikara) dari saudara kita yang barangkali belum tahu bahwa dia juga sudah kena lalu (berhubungan) di sini. Jadi, kita ambil langkah untuk memutus rantai (penyakit) ini dari kabupaten tetangga juga.”
Program selanjutnya adalah sosialisasi di distrik-distrik, “targetnya di 20 distrik dulu,” kata Arianto. Kemudian, Kita juga melakukan komunikasi tidak langsung kepada masyarakat melalui alat-alat peraga, seperti baliho dan spanduk.
“Pesannya seperti, ‘Ko tra kosong kalau ko jaga diri’, ‘Jangan jauhi orangnya (ODHA), tapi jauhi pengyakitnya’,” contoh pesan-pesan melalui spanduk, yang diperbaharui tiap tahun, jelas Arianto.
Upaya lain, untuk “menjaga semangat” pasien, ODHA, adalah dengan meningkatkan perhatian secara langsung kepada pasien. Perhatian ini dengan cara memberikan hadiah bagi mereka yang datang langsung memeriksakan dirinya. “Kita kasih dalam bentuk bingkisan, seperti bama dan peralatan kebersihan,” ujar Arianto.
Berdasarkan data KPA Tolikara per Juli 2017, berdasarkan gender, perempuan adalah penderita HIV terbanyak. Jumlah penderita HIV laki-laki 95 orang dan perempuan 165 orang. Sementara penderita AIDS untuk laki-laki 172 orang dan perempuan 169 orang.
"Jadi yang HIV ada 260 dan AIDS 341 orang, total ada 601 orang per Juni. Tetapi data terbaru per Oktober 2017 ada peningkatan, menjadi 604 kasus,” jelas Arianto, menambahkan, “Penyebaran HIV di Tolikara mayoritas kami termukan karena hubungan seks. Kalau jarum suntik, narkoba, itu jarang kita temukan.”
Hindari seks bebas
Wakil Bupati Tolikara Dinus Wanimbo mengatakan, mahasiswa sebaga generasi penerus pembangunan daerah, menjadi salah satu perhatian serius Pemerintah, yang harus dibekali dengan berbagai informasi positif untuk membentengi dirinya dari bahaya virus mematikan ini.
Menurut Dinus, Pemerintah sangat konsen terhadap program-program penyelamatan manusia Tolikara. Keseriusan tersebut dilakukan dengan meningkatkan anggaran untuk KPA Tolikara.
“Anggaran untuk upaya ini, kita akan naikan,” ucap Dinus di Jayapura, pertengahan Januari 2018. “Tapi, angkanya belum bisa saya sampaikan karena ini harus ada pembicaraan bersama dengan Bupati dan pihak terkait lain. (Anggaran) sementara sedang dirancang,” jelas Dinus yang ditemui Jubi, usai menghadiri sosialisasi HIV AIDS bagi mahasiswa Tolikara di Jayapura.
Seperti disebutkan penyebaran HIV ditularkan lebih banyak dari hubungan seks, Dinus pun mengimbau seluruh masyarakat Tolikara untuk menghindari hubungan seks bebas.
“Kami berharap semua orang Papua harus sadar akan bahaya virus ini dan mulai mawas diri. Setia pada pasangan hidup, bagi yang sudah berkeluarga. Bagi yang belum berkeluarga, setia kepada calon pasangan hidup, jangan ganti-ganti pasangan. Hidup kudus di dalam Kristus supaya kita selamat dari ancaman HIV AIDS dan penyakit sosial lainnya,” pesan Dinus Wanimbo. (*)