Puskesmas di Papua Barat diminta menerapkan SPM

Papua
Apriani, kepala seksi PTM Dinkes Papua Barat. (Jubi/Hans Arnold Kapisa).

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Manokwari, Jubi – Dinas Kesehatan (dinkes) Provinsi Papua Barat mendorong pengelola program penyakit tidak menular (PTM) yang ada di tingkat Puskesmas se-Papua Barat, untuk menerapkan standar pelayanan minimal (SPM), terutama di masa pandemi Covid-19.

Puskesmas diharapkan mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan PTM secara komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Read More

“Sosialiasi dan penguatan kapasitas sudah kita lakukan kepada para kepala seksi dan pengelola program di 12 kabupaten dan satu kota di Papua Barat, pekan lalu. Kami harap dari sosialiasi itu, mampu menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengendalian dan pelayanan penyakit tidak menular,” ujar Apriani, kepala seksi PTM Dinkes Papua Barat, kepada Jubi, Kamis (29/10/2020), kemarin.

Dikatakan, program pengendalian PTM merupakan salah satu program prioritas nasional seperti hipertensi, diabetes melitus, obesitas dan kanker, saat ini perubahan gaya hidup masyarakat ditengarai menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit tidak menular.

“Tahun 2020 ini merupakan tahun yang dibutuhkan kerja ekstra, karena penderita PTM punya risiko berat jika terjadi [komplikasi] saat terpapar Covid-19 yang sedang mewabah,” kata Apriani.

Dikatakan, salah satu pelayanan skrining kesehatan usia 15-59 tahun sesuai standar adalah pelayanan minimal, dapat dilakukan oleh dokter, bidan, perawat, nutrisionis/tenaga gizi,petugas pelaksana posbindu PTM terlatih.

Pelayanan skrining kesehatan dilakukan di Puskesmas dan jaringannya seperti Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, Pelayanan skrining kesehatan minimal dilakukan setahun sekali.

“Usia produktif rentan terhadap  penyakit tidak menular. Salah satu faktornya, disebabkan sejak usia 15 sampai 59 tahun, tidak mengontrol pola makan dan mengatur waktu istirahat. Gejalanya, akan mulai terasa di usia 40an tahun,” sebut Apriani.

Sementara, juru bicara satgas Covid-19 Papua Barat, dr.Arnold Tiniap, di Manokwari mengatakan bahwa jumlah kasus kematian dengan status konfirmasi positif Covid-19, dikarenakan adanya riwayat penyakit bawaan.

“Virus corona akan berbahaya jika penderita punya riwayat sakit bawaan,” ujar Tiniap kepada wartawan belum lama ini. (*)

Editor: Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply