Papua No. 1 News Portal | Jubi
Port Moresby, Jubi – Sudah lebih dari satu bulan berlalu sejak Gunung Ulawun erupsi di Papua Nugini, tetapi sekarang ada kekhawatiran bahwa bencana ini akan berubah menjadi krisis kemanusiaan.
Perdana Menteri PNG, James Marape, telah menjanjikan bantuan sebesar 5 juta kina untuk membantu mereka yang terkena dampak erupsi Ulawun. Namun pengungsi yang tinggal di pusat-pusat evakuasi berkata mereka kelaparan, sementara di ibu kota PNG, Port Moresby, warga yang khawatir mulai menggalang dana untuk mengisi kesenjangan dalam bantuan yang, menurut mereka, tidak ditangani oleh pemerintah.
Namun, pejabat-pejabat pemerintah bersikeras bahwa upaya bantuan yang disalurkan sudah mencukupi, dan menambahkan bahwa keluarga-keluarga yang mengungsi akan segera kembali ke rumah mereka.
Ribuan orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka ketika gunung berapi di Provinsi New West Britain PNG, meletus dua kali dalam jangka waktu lima minggu. Lebih dari 12.000 orang diyakini telah mengungsi setelah erupsi pertama, dan banyak pengungsi yang masih berlindung di salah satu dari sepuluh pusat evakuasi yang tersebar di seluruh wilayah itu.
Perawat Dominica Uva tinggal dan bekerja di daerah di kaki Gunung Ulawun. Ia sekarang berada di pusat evakuasi di Desa Soi di dekat desanya sendiri, bersama dengan 39 keluarga lainnya. Ia berkata situasinya sangat buruk.
“Kami mulai kehabisan bantuan makanan, kami tidur di tenda-tenda yang rusak, air bocor,” tuturnya. “Kami harus melayani pasien setiap hari.”
Dalam sebuah survei yang dilakukan lebih dari sebulan yang lalu oleh International Organisation for Migration (IOM), sebelum letusan kedua terjadi, menemukan bahwa hanya setengah dari seluruh pusat evakuasi memiliki toilet yang berfungsi. Survei itu juga menemukan bahwa mayoritas pengungsi berkata mereka tidak diberikan makanan secara teratur, dan mereka khawatir akan kesehatan mereka.
Jessica Kuambu berasal dari West New Britain, tetapi saat ini ia tinggal di Port Moresby. Bersama yang beberapa orang lainnya, ia telah memulai program penggalangan dana selama 8 minggu, melakukan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan dana demi membantu para pengungsi.
“Dari mereka yang berbicara dengan kami, banyak yang belum menerima bantuan dari pemerintah provinsi, karena saya rasa mereka tidak memiliki data yang akurat,” katanya. “Kami akan membeli apa yang mereka perlukan seperti kelambu, selimut, handuk, obat-obatan, dan kami akan membawanya langsung kepada mereka.” (Radio Australia/Pacific Beat/Prianka Srinivasan)
Editor: Kristianto Galuwo