Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Setidaknya 20 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara militer Myanmar dan kelompok milisi etnis di sebuah desa di Kota Kyonpyaw, Ayeyarwady, pada dini hari Sabtu, (5/6/2021). Media lokal dan penduduk melaporkan pertempuran itu terjadi ketika aparat militer mendatangi desa tersebut untuk melakukan razia senjata di daerah sekitar 150 kilometer barat laut Yangon itu.
“Masyarakat di desa itu hanya memiliki panah dan banyak korban dari pihak masyarakat,” kata warga yang menjadi saksi mata pertempuran itu kepada Reuters.
Baca juga : Kudeta militer Myanmar, 73 bocah tewas dibunuh tentara
Puluhan perwira AU Myanmar ternyata membelot sejak awal kudeta militer
Pemerintah tandingan Myanmar bentuk militer pelindung rakyat
Khit Thit Media dan Delta News Agency menyebut 20 warga sipil tewas dan banyak penduduk lainnya ikut terluka akibat gempuran militer tersebut. Media lokal itu melaporkan warga desa telah mencoba melawan gempuran militer dengan modal senjata panah dan ketapel.
Sementara itu, televisi junta Myanmar, MRTV, melaporkan pasukan keamanan diserang dengan senapan angin dan anak panah. Setelah baku tembak terjadi, stasiun televisi itu menuturkan tiga jasad “teroris” tewas berhasil ditemukan, sementara dua penyerang lainnya berhasil ditangkap.
Korban tewas terkonfirmasi itu menjadi lonjakan tertinggi kematian akibat kerusuhan pasca-kudeta dalam hampir dua bulan terakhir.
Sejak kudeta militer berlangsung, setidaknya 845 orang tewas dalam bentrokan antara aparat keamanan dan warga penentang junta militer. Selain demonstrasi, militer Myanmar juga menghadapi pemberontakan sipil dari puluhan kelompok milisi etnis pedalaman dan perbatasan yang memang telah menentang junta.
Pasukan Pertahanan Rakyat Shwegu yang anti-junta militer mengatakan telah menyerang sebuah kantor polisi di Shwegu utara pada Jumat pekan lalu bersama dengan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA).
Sementara itu, di timur Myanmar, MBPDF (Pasukan Pertahanan Rakyat Mobye) mengklaim telah terlibat bentrok dengan militer di hari yang sama. Meski terus mendapat perlawanan dari rakyat dan juga tekanan dari publik internasional, junta militer tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerahkan kekuasaan kembali kepada pemerintah sipil. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol