Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nukuʻalofa, Jubi – Di salah satu pulau paling muda di dunia, di Tonga, tanaman hijau tumbuh dan mendukung kehidupan populasi unggas, hanya empat tahun setelah ia terbentuk dari letusan gunung berapi bawah laut. Pulau itu awalnya diperkirakan akan habis diabrasi dan menghilang dalam beberapa bulan.
Wakil Sekretaris Kementerian Pertanahan Tonga, Taaniela Kula, mengungkapkan sekelompok ahli geologi Tonga telah mengunjungi pulau itu akhir tahun lalu, bersama ilmuwan dari Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA.
“Ada sejumlah hipotesis mengenai sumber vegetasi ini – mereka mungkin tumbuh dari pulau itu, atau dari limbah kotoran unggas di situ.”
“Karena pulau itu penuh dengan berbagai jenis burung, terutama burung laut yang bersarang di pulau, dan mereka meningkatkan jumlah burung di sekitar kawah, dan mereka juga tinggal di celah-celah parit di pinggiran gunung berapi di pulau itu.”
Pemerintah Tonga juga mempertimbangkan untuk menamai pulau itu secara resmi, mengingat masa depannya sekarang kelihatan lebih pasti.
Taaniela Kula mengumumkan usulan nama dapat diajukan kepada Raja dan Kabinet Pemerintah Tonga, untuk secara resmi menamai pulau itu yang sekarang diperkirakan akan bertahan paling tidak selama 30 tahun lagi.
Pulau tersebut saat ini disebut Hunga Tonga-Hunga Ha’apai, dari nama dua pulau tetangga yang sudah ada sebelumnya. Pulau itu terbentuk setelah gunung berapi bawah laut meletus pada Januari 2015. Kepala tim geologi Tonga berkata, data ilmiah dari NASA mengenai kehidupan yang muncul di pulau vulkanik berusia empat tahun itu sangat mengesankan. (RNZI)
Editor: Kristianto Galuwo