Papua No.1 News Portal | Jubi
Oleh Alexandre Dayant
Sementara negara-negara di seluruh dunia, termasuk Australia, mulai membuka kembali perbatasannya untuk menyambut pelancong internasional, negara-negara tetangganya di wilayah Kepulauan Pasifik masih terus menghadapi konsekuensi mematikan dari pandemi ini. Meksi stok vaksin mereka lancar berkat bantuan Australia dan Selandia Baru, cakupan vaksinasi untuk beberapa negara di Pasifik masih jauh di bawah angka yang diharapkan.
Di awal krisis kesehatan masyarakat ini, negara-negara Kepulauan Pasifik termasuk negara yang paling berhasil dalam mencegah masuknya Covid-19. Lalu varian Delta dengan cepat mengubah keadaan itu. Sebagian negara di wilayah ini sekarang menghadapi keadaan yang dapat disebut sebagai krisis kemanusiaan.
Vaksinasi yang ekstensif adalah satu-satunya jalan untuk mereka bisa maju ke depan. Tanpa kapasitas untuk memproduksi vaksinnya sendiri di dalam negeri, mitra-mitra pembangunan Pasifik masih terus memberikan pasokan vaksin yang berkelanjutan. Australia sendiri telah berkomitmen untuk menyalurkan hingga 15 juta dosis ke negara-negara Pasifik dan Timor-Leste hingga pertengahan 2022.
Namun pasokan vaksin hanyalah satu dari berbagai tantangan yang dihadapi di sana. Peluncuran vaksin di salah satu wilayah yang paling terpencil, luas, dan dengan beragam topografi di dunia itu sangat sulit dari sisi logistik. Status distribusi dan penyuntikan vaksin Covid-19 terhadap populasi memiliki dampak yang signifikan pada sektor kesehatan, sosial dan ekonomi di Pasifik.
Sebuah proyeksi model terbaru yang dibuat oleh Lowy Institute telah kami gunakan untuk memperkirakan program vaksin di Pasifik. Berdasarkan proyeksi ini, ada perbedaan yang signifikan antar negara, dimana ada sejumlah negara yang menjadi jawara dalam hal vaksinasi yang meluas, sementara yang lain mungkin akan menjadi negara terakhir yang mencapai targetnya, atau malah tidak sama sekali.
Negara-negara yang disebut berukuran mikro adalah beberapa negara pertama di dunia yang berhasil sepenuhnya memvaksinasi populasi orang dewasa di negara mereka. Palau melaporkan mencapai persentase orang dewasa tertinggi di dunia yang menerima vaksinasi terhadap Covid-19 pertama, dimana 99% dari populasi yang memenuhi syarat sudah menerima vaksinasi pada awal Oktober 2021. Negara-negara lainnya dengan sigap mendekati target mereka, Federasi Mikronesia (FSM) bahkan mewajibkan vaksinasi Covid-19 untuk semua orang dewasa.
Negara-negara yang berpenduduk lebih banyak, seperti Tonga dan Samoa, berkat kampanye peluncuran yang efektif, tampaknya bisa mencapai pencapaian serupa pada akhir 2021 (untuk Tonga) dan awal 2022 di Samoa.
Fiji pun menonjol karena progresnya yang cepat. Pada Juni 2021, di negara ini tingkat infeksi Covid-19 per kapita dilaporkan sebagai yang paling tinggi di dunia, tetapi pemerintahnya dengan cepat mengubah situasi itu, terutama berkat kebijakan ‘no-jab no-job’ yang kontroversial. Hari ini, negara tersebut hampir mencapai cakupan vaksinasi dewasa penuh, dan akan membuka kembali perbatasan internasionalnya pada Desember 2021.
Namun, di negara-negara Melanesia yang padat seperti Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu, perbedaannya sangat mencolok.
Masalah di negara-negara ini adalah gabungan dari beberapa faktor, yang utama adalah keterbatasan jumlah petugas kesehatan dan disinformasi. Sub wilayah Melanesia ini seperti tenggelam dalam permasalahan-permasalahan ini, dan semakin sulit menyelesaikannya akibat minimnya kepercayaan publik pada lembaga-lembaga pemerintah. Teori-teori konspirasi juga menyebar jauh lebih cepat daripada virus itu sendiri.
Di Kepulauan Solomon, terlepas dari kampanye sosialisasi Covid-19 pemerintah, termasuk Perdana Menteri Manasseh Sogavare sendiri yang menerima vaksin pertama, sebagian besar warganya masih juga enggan. Orang-orang disana masih tidak yakin bahwa menerima vaksinasi dilakukan untuk kepentingan terbaik mereka. Media-media sosial dan dari mulut ke mulut, dua-dua tampaknya sama produktif dalam penyebaran berita palsu. Dengan laju vaksinasi sekarang, populasi orang dewasa di Kepulauan Solomon diperkirakan baru akan menerima vaksinasi penuh pada pertengahan tahun 2026.
Di Vanuatu, Kementerian Kesehatan memperkirakan program vaksinasi Covid-19 mereka baru akan mencapai inokulasi untuk sebagian besar penduduknya pada akhir 2023. Karena terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang terlibat dalam peluncuran vaksin dan ramainya penyebaran teori-teori konspirasi di internet, model dari Lowy ini memproyeksikan 80 % vaksinasi orang dewasa baru bisa dicapai pada Mei 2025.
Situasi yang paling memprihatinkan adalah di PNG. Penyebaran informasi yang salah telah menurunkan kepercayaan publik pada tenaga kesehatan, pemerintah lokal dan Australia, dan lembaga-lembaga seperti WHO. Sementara itu, mayat terus menumpuk di kamar mayat rumah-rumah sakit, 82% hasil tes Covid-19 yang positif menunjukkan adanya varian Delta. Layanan-layanan non-esensial di kota-kota besar di negara itu telah dikurangi akibat kasus covid-19 yang berkembang pesat. Negara ini memiliki cakupan vaksin terendah secara global untuk Covid-19, dan model kami memperkirakan bahwa hanya sepertiga dari populasi orang dewasa yang akan divaksinasi penuh pada April 2026.
Tantangan bagi sebagian besar negara ini bukanlah pasokan vaksin, tetapi permintaan dari masyarakat. Bagaimana negara-negara mengatasi kendala-kendala ini akan menentukan perkembangan ekonomi dan pembangunan mereka untuk beberapa tahun mendatang. Proyeksi tersebut menemukan dua variabel utama yang dapat meningkatkan penyerapan vaksin – meningkatkan tingkat penerimaan vaksin di kalangan masyarakat dan meningkatkan jumlah nakes yang dapat memberikan suntikan vaksin. Mitra-mitra pembangunan dapat membantu negara-negara Pasifik dalam kedua aspek ini.
Informasi yang salah juga perlu dibenarkan dan dihapus. Mitra-mitra pembangunan harus terus bermitra dengan pemerintah lokal dalam kampanye untuk melawan hoaks-hoaks dan mengembangkan rencana sebuah rencana pemberian pesan yang benar lewat media-media untuk memastikan konsistensi dalam penyampaian pesan tentang vaksin.
Peningkatan kapasitas sektor kesehatan adalah hambatan lainnya. Pandemi ini telah menunjukkan keterbatasan yang kritis dalam program vaksinasi negara-negara Melanesia. Masalah-masalah yang sudah ada sebelumnya, termasuk jumlah tenaga kerja yang terbatas, telah diperburuk akibat pandemi, sementara ancaman yang baru, seperti kurangnya alat pelindung diri (APD) dan tabung oksigen, mulai bermunculan. Mitra-mitra pembangunan dapat terlibat dalam berbagai intervensi untuk memperkuat sistem kesehatan negara-negara ini, bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga ke depannya.
Dengan tutupnya perbatasan negara-negara terkait Covid-19, ada defisit anggaran yang besar, angka pengangguran yang meningkat, dan serangkaian implikasi sosial lainnya, jadi peluncuran vaksin yang tidak setara akan memiliki implikasi yang berkepanjangan bagi pembangunan di kawasan Pasifik. (The Interpreter)
Alexandre Dayant adalah seorang peneliti di Lowy Institute.
Editor: Kristianto Galuwo