Papua No. 1 News Portal | Jubi
SEJAK membuka rekening tabungan pertamanya Juli 2017 lalu, Misa John mulai menabung sekitar 400 kina (USD $119) setiap bulan. Ibu dari dua anak yang berusia 26 tahun ini, mencari nafkah dengan menjual sayur mayur, buah-buahan, dan es loli di luar suatu sekolah negeri di Provinsi Dataran Tinggi Barat, Papua Nugini.
Misa berkata bahwa dia dengan sigap menyambar kesempatan untuk mulai menabung, ketika Bank Westpac mengunjungi daerahnya dan menawarkan produk perbankan baru mereka, tabungan simpanan Choice Wantok, yang ketika dibuka, tidak membebankan biaya pembukaan rekening.
Tepat di seberang tempatnya berjualan, terletak toko dagang dengan fasilitas Westpac In-store, dimana Misa bisa menyetor uang ke tabungannya.
“Saya senang sekali bisa menyisihkan uang untuk tabungan saya. Setoran pertama saya adalah 40 kina, dan saya terus mencoba menabung uang sebanyak mungkin setiap minggunya. Saya mencoba untuk menyimpan semua uang yang saya dapatkan, karena uang saya aman di bank, dan saya tidak tergoda membelanjakan uang saya untuk barang-barang yang tidak saya perlukan,” jelasnya.
Di toko tersebut, Misa juga dapat menggunakan kartu debitnya untuk membeli bahan makanan, dan sewaktu-waktu ketika diperlukan dalam keadaan darurat, ia juga dapat melakukan penarikan uang tunai, untuk digunakan secara pribadi. Pemilik toko itu, Mary Yand, berkata bahwa komunitas lokal sangat bergantung pada layanan yang disediakan olehnya, karena bank terdekat jaraknya lebih dari satu jam menggunakan mobil, dan transportasi ke sana sangat mahal dan tidak teratur. Yand juga menambahkan bahwa setiap hari tokonya melayani enam hingga sepuluh pelanggan, menggunakan layanan pembayaran digital Westpac, dan setoran tabungan tertinggi yang pernah ia terima mencapai 2.000 kina (USD $595).
Produk perbankan harus didesain sesuai sistem keuangan tradisional
Hingga tahun 2017, hanya 10% dari populasi di daerah pegunungan tinggi yang menggunakan jasa keuangan formal, oleh lembaga keuangan resmi. Bank Westpac percaya bahwa, awalnya, mereka perlu memahami masyarakat, budayanya, nilai-nilainya, dan bagaimana berbagai hal bekerja di masyarakat, lalu menerapkan berbagai wawasan itu dalam desain layanan-layanan jasa keuangan, agar dapat meningkatkan absorpsi dan penggunaan layanan-layanan itu dengan lebih cepat.
Rekening simpanan ‘Choice Wantok’, seperti yang digunakan Misa, adalah rekening bank yang direkayasa ulang oleh Westpac, untuk menguji layanan keuangan terbaru mereka yang disesuaikan dengan kebutuhan penduduk di daerah pegunungan tinggi, yang umumnya berpenghasilan lebih rendah.
Didukung secara finansial oleh bantuan dari Uni Eropa dan Pemerintah Australia, program keuangan inklusif Pacific Financial Inclusion Programme (PFIP) telah berkolaborasi dengan Westpac untuk menguji ide ini, menggunakan pendekatan lab inovasi bernama Westpac Innovation Hub. Westpac Innovation Hub mempelajari bagaimana sistem tradisional ‘wantok’ dapat mendorong masyarakat di daerah pegunungan, terutama perempuan dan petani-petani kecil, untuk menggunakan berbagai layanan keuangan agar mempermudah kehidupan sehari-hari mereka.
Kata ‘wantok’ jika diterjemahkan ke Bahasa Inggris adalah ‘one talk’, menyiratkan ikatan sosial yang kuat. Seringkali dianggap sebagai penghambat pembangunan di negara-negara Melanesia, sistem ‘wantok’ mempersatukan masyarakat dalam berbagi berbagai kewajiban mulai dari utang, biaya pemakaman, atau sekadar peraturan tidak terucapkan dimana ketika keluarga membutuhkan bantuan, anggota masyarakat harus menyediakannya tanpa banyak tanya.
Mendesain produk berdasarkan keadaan masyarakat
Westpac Innovation Hub sudah mulai menguji, dan meresmikan berbagai jasa serta layanan finansial baru di daerah pegunungan. Contohnya, dalam beberapa bulan terakhir Hub itu telah bekerja, untuk meningkatkan pengalaman pelanggan selama proses pembukaan rekening.
Ketika tim dari Westpac membuka rekening di suatu daerah, mereka harus memastikan bahwa pemimpin-pemimpin masyarakat turut hadir, untuk bertindak sebagai saksi dalam memenuhi persyaratan ‘Know Your Customer’ (KYC) Bank Westpac, karena banyak warga di daerah tersebut yang tidak memiliki bukti identitas berfoto resmi.
Proses selanjutnya, informasi pelanggan dikumpulkan melalui formulir manual, kemudian dimasukkan ke sistem perbankan Westpac, dalam tenggang waktu dua hari setelah pendaftaran. Langkah berikutnya adalah pemberitahuan ke kantor pusat di Port Moresby, agar mencetak kartu debit baru untuk pelanggan baru. Namun, karena keterbatasan layanan dan infrastruktur, waktu yang diperlukan untuk mencetak kartu baru dan mengirimkannya ke daerah pegunungan kadang-kadang mencapai satu bulan. Westpac menemukan bahwa, karena hal ini, pelanggan seringkali sulit untuk ditemui kembali, atau mereka kehilangan minat atas layanan itu, yang menyebabkan rendahnya tingkat penggunaan produk.
Keseluruhan proses itu terbukti terlalu rumit dan berkepanjangan, proses ini tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan tipe ini. Tim dari Westpac Innovation Hub telah mengoptimalkan pembelajaran ini, dan saat ini sedang menguji proses pembukaan akun di tempat dan penerbitan kartu instan, untuk memastikan pelanggan dapat segera menggunakan layanan setelah membuka akun.
Selama uji lapangan, tim Innovation Hub juga menemukan bahwa tidak semua inovasi harus teknis atau digital. Kadang, perubahan yang sederhana dapat membawa perbedaan besar. Walaupun mereka mendapati bahwa mayoritas pelanggan awal mereka adalah pria, setelah melakukan pengamatan dan beberapa penyesuaian simpel dalam pendekatan mereka, misalnya dengan menyediakan antrean pembukaan akun terpisah khusus untuk perempuan, mereka berhasil menarik lebih banyak pelanggan perempuan.
Proyek Innovation Hub ini bertujuan untuk mencapai 15.000 pelanggan baru, dari kelas berpenghasilan rendah di provinsi ini pada September 2019. Westpac dan semua pemangku kepentingan berharap proyek ini akan menambah 100.000 pelanggan baru.
Rekening bank Misa telah memberdayakan dan memungkinkannya untuk menabung. Sekarang, setoran atau penarikan uang dapat dilakukan dengan mudah di daerahnya sendiri. Dan untuk pertama kalinya, ia bisa menabung dengan menggunakan rekening bank, dan bukan hanya menyimpan uang di bawah kasur.
PFIP sendiri merupakan program yang diadakan di seluruh Pasifik, dan telah membantu lebih dari dua juta penduduk berpenghasilan rendah di kawasan, untuk mendapatkan akses pada layanan keuangan formal dan pendidikan keuangan.
PFIP dikelola bersama oleh United Nations Capital Development Fund (UNCDF), Program Pembangunan PBB (UNDP) dan didanai oleh Pemerintah Australia, Pemerintah Selandia Baru, dan Uni Eropa. (PINA/PFIP/PACNEWS)