“Presidennya Persipura” itu telah pergi

Almarhum Spencer Infandi – Jubi/Dok.

Jayapura, Jubi – Dunia sepak bola di tanah Papua berduka. Mantan manajer Persipura pada era 90an, Spencer Infandi berpulang. Usianya 78 tahun.

Pada masanya, Spencer Infandi dipilih langsung oleh Bupati Jayapura kala itu Yan Piet Karafir untuk menangani Persipura pasca degradasi tahun 1988 ke Divisi 1.

Read More

Kala itu, Persipura harus tersingkir saat tumbang dari PSDS Deli Serdang dengan skor2-0. Yang lebih menyayat hati kala Persipura terdegradasi, muncul tulisan di media nasional yang menyebut “Persipura Nasibmu Sekelam Warna Kulitmu”.

Mantan Pemain Persipura Nando Fairyo, salah satu dari 14 pemain Pusdiklat sepak bola Papua yang dibawa untuk menyelamatkan Persipura pasca degradasi menceritakan bahwa setelah Pekan Olahraga Nasional (PON) XIII di Jakarta 1993, Spencer berhasil memboyong Persipura masuk ke Divisi Utama, pada 12 Desember 1993 setelah membuat Persiku Kudus bertekuk lutut dengan skor 3-0.

Bahkan saat itu, sebagai ucapan terima kasih diberikan Rp150 ribu kepada seluruh pemain.

“Namun saat itu kami bermain untuk Persipura, kami menerima sebagai penghargaan bisa membawa Persipura bangkit. Dan hampir tua-tua Persipura bilang kalau tidak bisa kembali ke Divisi Utama, tanam singkong saja di lapangan Mandala Jayapura,” kata Nando Fairyo kepada wartawan, Selasa (12/3/2019) di Jayapura.

Pria yang saat itu menjabat sebagai kapten Persipura mengatakan, 14 pemain tersebut yakni Yohanes Bonay, Edy Noya, Ritham Madubun, Pieter Werbabkay, Nixon Ona, Theo Awom, Ramses Rumbekwan, Alfred Repasi, Zeth Rumaropen, Rony Wabia, Nando Fairyo, Abdul Aji Mayor, David Saidui dan Chris Yarangga.

“Dia (Spencer Infandi) seorang kepala seksi tapi dengan segala keterbatasan anggaran, pemain bisa mewujudkan Persipura masuk divisi utama. Dulu kita memanggil beliau dengan sebutan Presidennya Persipura. Jadi dia adalah sejarah dan punya kontribusi besar bagi Mutiara Hitam,” ujarnya.

Kata Nando Fairyo, almarhum Spencer Infandi merupakan seorang sosok yang besar dan tetap menjadi bagian dari Persipura. Apalagi ketika Persipura terlupakan dikarenakan degradasi, beliau mampu mengembalikan kejayaan hingga saat ini.

“Sebagai seorang yang besar, bisa menaikkan kembali dan menjadi bagian tidak terlupakan. Dia memimpin kami tahun 1993, setelah PON dapat medali emas, rekrut kita 14 pemain dan mampu bawa Persipura,” katanya.

Terpisah, Daud Arim menambahkan, almarhum Spencer Infandi merupakan sosok yang terbaik dan tegas yang bukan hanya bagi pemain, namun setiap siapapun yang mengenalnya.

“Beliau sebagai Ketua Harian, Manajer Persipura baik sekali kepada pemain dan siapapun, kami merasa kehilangan dan berduka dengan kepergian beliau di pesepakbolaan tanah Papua,” ujarnya.

Kata Daud, hal yang patut menjadi contoh dan teladan dari almarhum adalah loyalitas, tegas, dan kebaikan hatinya dalam mempertahankan Persipura di kancah sepakbola Nasional.

“Saya mau ada manajer orang Papua seperti beliau. Saya harap ada seperti beliau yang baik, loyal dan tegas dalam semua orang dikenalnya,” katanya. (*)

Editor: Syam Terrajana

Related posts

Leave a Reply