Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 yang akan berlangsung di Provinsi Papua tinggal 394 hari lagi. Sejumlah infrastruktur pendukung dikebut untuk mensukseskan iven olah raga empat tahunan itu.
Stadion Papua Bangkit (SPABA) yang menjadi icon bagi dunia olahraga di tanah Papua pun telah berdiri megah. Istora PON, gelanggang Aquatik, dan lapangan Hocky pun sedang dikebut pengerjaannya. Namun, masyarakat Papua belum sepenuhnya yakin bahwa pelaksanaan PON akan tetap dilaksanakan.
Pasalnya, dua pagelaran besar sebelum PON dilaksanakan harus pindah ke Jakarta. Dua iven tersebut adalah Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) dan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas).
Pindahnya dua acara tersebut disebut untuk alasan keamanan dari imbas mencuatnya isu rasis yang menimpa mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang. Alasan keamanan membuat akhirnya merelakan dua event itu bergeser ke ibu kota.
Pelaksana tugas (Plt) Kadispora Papua Alexander Kapisa mengatakan ada dua aspek sehingga Popnas dan Peparnas dengan terpaksa dipindahkan ke luar Papua.
“Memang ada dua hal ya, aspek teknis dan non teknis. Kalau non teknis kita bisa melihat dinamika Papua beberapa hari belakangan. Kasus Surabaya dan Malang sepertinya dibiarkan oleh aktor yang menginginkan Papua batal menjadi tuan rumah PON,” ujarnya.
Padahal, anggaran yang sudah digelontorkan oleh pemerintah pusat ke Papua untuk persiapan PON cukup besar.
Yang terbaru, datang dari tim sepakbola PON Papua. Hingga kini atau terhitung sudah tiga bulan terakhir, anak asuh dari Edward Ivakdalam belum menerima uang saku.
“Untungnya pemain saya ini tidak banyak menuntut, tetapi saya berharap manajemen dapat memperhatikan hal ini. Karena kalau mau sukses, segala kebutuhan harus dipenuhi, dimana apa yang menjadi hak atas pemain harus dipenuhi oleh manajemen, dan apa yang menjadi hak dari pelatih harus diperhatikan dan diselesaikan,” kata Edwar Ivakdalam selaku head coach sepakbola PON Papua.
Sebelumnya Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan, suksesnya pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020 di Bumi Cenderawasih, bergantung kepada dukungan negara. Menurutnya, sampai saat ini masih ada kekurangan sekitar Rp4 triliun untuk pelaksanaan PON.
“Kalau negara tidak dukung (PON), kita gagal. Ya (tapi) kegagalan bukan (dari) provinsi, tapi kegagalan negara,” kata Enembe, di Jayapura belum lama ini.
Menurut Gubernur Lukas Enembe, pelaksanaan PON XX Papua tahun 2020 bukan saja menjadi agenda pemerintah provinsi, tetapi juga negara, di mana Papua mendapat kesempatan menjadi tuan rumah. Oleh karenanya, hasil evaluasi PON 2020 akan dilaporkan kepada Presiden dalam waktu dekat, dengan harapan mendapat perhatian pusat. (*)
Editor: Edho Sinaga