Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
INDONESIA American Society of Academics (IASA), organisasi diaspora Indonesia di Amerika Serikat membuat program peningkatan pendidikan di Papua dengan membantu pengelolaan dua sekolah model tingkat SMA. Kedua sekolah adalah SMA Negeri 3 Jayapura dan SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.
Pengelolaan sekolah model baru ini akan dimulai tahun ajaran 2018-2019. IASA mengawali pengelolaan dengan melatih 75 guru dari kedua sekolah untuk menerapkan model baru.
Presiden Indonesia American of Academic Herry Utomo mengatakan program tersebut adalah sekolah berpola asrama dengan asrama yang dilengkapi dengan kegiatan akademik.
“Tujuan utama IASA adalah mempertajam siswa di luar jam akademik melalui pengawasan guru, karena IASA ingin mengejar ketertinggalan Papua selama ini di bidang pendidikan,” katanya di Jayapura, Senin, 9 Juni 2018.
Selama 18 bulan IASA bekerja sama dengan beberapa kementerian di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di Papua dan Papua Barat. Hal itu dimulai setelah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada Februari 2017.
Program dimulai di dua SMA di Papua tersebut untuk mentransformasikan kedua sekolah.
“Dua sekolah ini menjadi sekolah berasrama dengan kampus residensi sistem sekolah berasrama akan menerapkan kurikulum terintegrasi yang akan didukung oleh kegiatan ekstrakuler yang menantang menciptakan kehidupan siswa dengan tingkat produktivitas yang tinggi,” kata Herry.
Ia menambahkan, fasilitas science park (taman ilmu pengetahuan) akan dibangun untuk membawa alat pembelajaran digital terkini ke sekolah dan ruang kelas untuk memadukan teknologi ke dalam lingkungan belajar-mengajar. Program ini dimulai pada tahun ajaran 2018/2019 pada kelas 10.
Ia mengatakan IASA telah mengembangan metodologi khusus yang disesuaikan dengan kondisi pembelajaran Papua untuk memandu perubahan yang diperlukan. Selain itu IASA juga akan menggunakan teknologi pembelajaran interaktif terkini yang membantu menciptakan lingkungan pelajar yang efektif, sehingga dapat mengatasi berbagai tantangan pendidikan di Papua.
Direktur Eksekutif Indonesia Diaspora Network United Hamdan Hamedan mengatakan kedua sekolah yang ditunjuk untuk menjadi pilot project. Kegiatan dilakukan kepada kelas 10 atau kelas 1 SMA.
“Jika ada perubahan dan berkembangan maka akan diteruskan untuk semua kelas dari kelas 1 sampai kelas 3 dan beberapa sekolah yang ada di Papua,” ujarnya.
Selama ini, kata Herry, yang dilakukan IASA adalah pembinaan guru monitoring serta memperbaiki kondisi asrama dan itu murni untuk membantu pendidikan anak-anak di Papua.
Kepala SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Romo Cristoforus Arya Prabantara SJ mengatakan, sekolahnya sudah siap menyambut program IASA.
“Karena ini salah satu program yang sangat bagus dan tidak semua disiapkan seratus persen, tetapi bertahap,” ujarnya.
Untuk bangunan fisik, jelasnya, akan dipakai ruang laboratorium komputer dengan menambah panjang atapnya. Sedangkan asrama sudah ada sejak lama di SMA YPPK Adhi Luhur.
“Tinggal dikembangan dengan penerapan metode yang akan diterima saat ini oleh para guru,” katanya.
Ia mengatakan untuk penerimaan siswa di program IASA tidak ada yang khusus. Semuanya sama seperti penerimaan siswa biasa. Tetapi anak-anak asrama nantinya akan diisi para siswa yang mempunyai nilai tinggi.
“Selama ini pengelolaan siswa di asrama tidak dikembangkan, nah ini yang akan dikembangkan oleh IASA,” ujarnya.
Dia menambahkan yang berubah melalui program IASA adalah cara dan pola pembelajaran, sedangkan kurikulumnya sama dengan Kurikulum 2013.
“Selama ini saya tahu bahwa anak-anak Papua itu bisa cepat mengerti jika memakai visual learning,” katanya.
Romo Cristoforus sangat berterima kasih kepada IASA karena tidak hanya memberikan bantuan finansial, tetapi bantuan pola pendidikan yang baru.
“Pola pendidikan baru bagi Papua ini sudah lama didambakan, sehingga dengan kehadiran IASA bisa mengangkat derajat anak-anak Papua, khusus putra-putri orang asli Papua,” ujarnya. (*)