Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Pasukan Pertahanan Papua Nugini (PNGDF) telah mengirimkan pasukan ke Tumolbil, wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Pegunungan Bintang di Papua, Indonesia setelah adanya laporan hampir 200 orang menyeberang dari Indonesia, menyusul konflik bersenjata yang terjadi di Kiwirok, Pegunungan Bintang.
Ketegangan telah meningkat di provinsi Papua selama dua minggu terakhir, termasuk baku tembak antara militer Indonesia dan kelompok pemberontak yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang menewaskan satu anak dan melukai yang lain.
Panglima PNGDF, Gilbert Toropo mengatakan kepada ABC bahwa dia juga akan mencari jawaban apakah pasukan Indonesia melintasi perbatasan untuk mengejar pemberontak, yang berjuang untuk kemerdekaan West Papua.
Kelompok hak asasi manusia Amnesty International memperkirakan sekitar 180 orang telah melarikan diri ke Tumolbil, tepat di perbatasan. Konflik bersenjata semakin meningkat sejak West Papua dianeksasi oleh Indonesia pada tahun 1969.
Bentrokan sering terjadi antara militer Indonesia dan kelompok-kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan.
Peneliti Amnesty International Ari Pramuditya mengatakan konflik baru-baru ini adalah dampak dari serangan TPNPB yang melukai seorang tentara Indonesia.
“Menurut pantauan kami, ketika baku tembak antara militer dan kelompok bersenjata Papua mengakibatkan korban militer, aparat keamanan sering mencari anggota kelompok bersenjata di pemukiman terdekat, yang sering mengakibatkan kematian warga sipil,” katanya.
Pramuditya mengatakan lebih dari 1000 orang telah meninggalkan rumah mereka dalam dua minggu terakhir, dengan banyak dari mereka yang sakit.
Gilbert Toropo, mengatakan kepada ABC bahwa mereka telah mengerahkan 11 tentara minggu ini untuk menilai situasi di Tumolbil.
“Saat ini mereka sedang melakukan penilaian sejauh mana konflik terjadi di Pegunungan Bintang,” katanya.
Komandan Toropo mengatakan, sementara dia belum menerima laporan rinci. Namun PNGDF akan mencari tahu berapa banyak orang yang telah menyeberang dan apakah TPNPB atau tentara Indonesia juga ikut menyeberang ke PNG.
“Kami harus mencari tahu lebih jauh tentang langkah-langkah lain apa yang perlu kami ambil atau lembaga non-pemerintah lainnya perlu ambil untuk menangani para pengungsi di Tumolbil.” lanjut Toropo.
Dia mengatakan dia prihatin bahwa konflik di Indonesia bisa mempengaruhi warga PNG dan ingin kedua pemerintah duduk dan membahas jalan keluarnya.
Peneliti Indonesia yang berbasis di Canberra, Hipolitus Wangge, mengatakan penyeberangan perbatasan antara Indonesia dan PNG sering terjadi.
Namun dia mengatakan kelompok-kelompok pejuang yang mendorong kemerdekaan Papua Barat telah berkembang dalam beberapa bulan terakhir dan telah meningkatkan ketegangan.
“Satu penjelasan adalah bahwa mereka telah memperoleh senjata yang lebih canggih. Dan juga, jenis kelompok perlawanan bersenjata telah menemukan tempat lain yang lebih baik yang membuat mereka lebih mudah untuk menyerang pasukan keamanan Indonesia, dan mereka juga dapat memiliki jaringan untuk mendapatkan senjata dan sumber daya untuk meluncurkan kampanye mereka melawan militer,” katanya.
Hipolitus mengatakan orang-orang yang terlantar akibat kekerasan seringkali kemudian direkrut oleh kelompok-kelompok pejuang pro-kemerdekaan.
“Ini semacam penjelasan yang logis, cerita yang logis,” katanya. (*)