Papua No. 1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sekolah SLB Negeri Anim Ha Merauke, Agus Sutarta, mengungkapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang diterapkan di sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah formal lain. Karena di situ umumnya adalah anak-anak berkebutuhan khusus.
Hal ini disampaikan Agus kepada Jubi di ruang kerjanya, Rabu (17/7/2019). Dikatakan, anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah itu, selain di bangku SD, juga SMPLB serta SMALB.
“Misalnya saja tuna netra yang sekolah di situ, kalau tak bisa melihat secara total, harus ada huruf timbul disiapkan. Begitu juga yang bisa melihat tetapi tak terlalu jelas, hurufnya diperbesar,” ujarnya.
Sedangkan untuk tuna rungu, katanya, menggunakan bahasa isyarat berupa gerakan tangan, tubuh, serta muka. Nantinya guru mengucapkan secara jelas kepada anak didik.
Khusus tuna grahita, menurutnya adalah mereka yang tingkat kecerdasannya dibawah rata-rata. IQ mereka di bawah 90. Olehnya harus diajari berulang kali oleh gurunya.
“Saya selalu mengingatkan kepada para guru agar tetap menyesuaikan dengan kemampuan dari anak-anak,” ungkapnya.
Satu hal lagi yang menjadi program khusus di SLB adalah menyangkut keterampilan hidup sehari-hari mulai dari mandi, makan, serta cara berpakaian. Program dimaksud dengan tujuan agar ketika mereka sudah lulus, tak harus meminta bantuan lagi kepada orangtua maupun keluarga.
Berikutnya, kata dia, tuna daksa yakni mereka yang memiliki keterbatasan dalam gerak baik tangan maupun kaki.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Merauke, Hilarius Ulukyanan, memberikan apresiasi kepada para guru di SLB yang bisa melaksanakan tugasnya dengan baik untuk mendidik anak-anak berkebutuhan khusus.
“Memang metode belajar mengajar, pasti berbeda dengan sekolah formal lain. Sehingga guru guru di situ, pasti memiliki keahlian khusus,” katanya. (*)
Editor: Dewi Wulandari