Papua No.1 News Portal | Jubi
Nouméa, Jubi – Seorang politisi anti-kemerdekaan terkemuka di Kaledonia Baru, Sonia Backes, telah menolak desakan agar referendum kemerdekaan wilayah itu dari Prancis ditunda, ia menekankan plebisit itu harus diadakan sesuai dengan rencana yang sudah ada.
Politisi-politisi pro-kemerdekaan telah meminta Paris untuk menunda pemungutan suara itu, yang dijadwalkan pada 12 Desember mendatang, ke tahun depan akibat dampak pandemi Covid-19 terhadap masyarakat pribumi Kanak.
Sekitar 10.000 orang, kebanyakan orang-orang Kanak, telah terkena Covid-19 sejak awal September ini, dan lebih dari 200 pasien telah meninggal.
Dalam sebuah surat kepada lawan politiknya, Backes, yang merupakan presiden dari Provinsi Selatan Kaledonia Baru, menyatakan bahwa kampanye referendum akan segera dilanjutkan karena upaya vaksinasi yang semakin gencar, dan dalam waktu dekat 80 % dari populasi yang berusia di atas 12 tahun sudah akan menerima vaksinasi.
Ia juga menambahkan bahwa pihak pro-kemerdekaan, yang pada bulan April lalu, telah dengan suara bulat memilih untuk mengadakan referendum yang ketiga ini, padahal saat itu masih ada kesempatan untuk memilih merundingkan jalan ke depan, bukannya sebuah proses yang memecah belah orang-orang Kaledonia Baru.
Backes lalu menekankan bahwa pembicaraan tentang memboikot referendum itu tidak sesuai karena tidak ada dasar untuk mengambil pendirian seperti itu, ia bertanya-tanya bagaimana PBB dan para pengamat pada referendum dapat memahami langkah seperti itu. Ia lalu menerangkan bahwa penantian akan hasil pemungutan suara itu menghentikan semua inisiatif, menghambat pembangunan ekonomi, dan mengecilkan hati orang-orang yang ingin memiliki prospek dan masa depan.
Menteri Luar Negeri Prancis Sébastien Lecornu, yang bertemu dengan para pemimpin Kaledonia Baru di Nouméa akhir pekan lalu, ingin mempertahankan jadwal referendum pada Desember lalu, keputusan yang ia ambil pada Juni lalu.
Pada 2018 dan 2020, mayoritas memilih untuk tetap menjadi bagian dari Prancis, tetapi margin kemenangan menyusut dari 56,7% menjadi 53,3%.
Sementara itu, pemerintah Kaledonia Baru telah memutuskan untuk membatalkan ujian akhir tahun sekolah menengah karena pandemi Covid-19. (RNZ Pacific)
Editor: Kristianto Galuwo