Papua No.1 News Portal | Jubi
Malind, Jubi – Gabah hasil panen petani menumpuk di Kampung Padang Raharja, Distrik Malind, Merauke. Mereka kesulitan menjual gabah setelah digiling menjadi beras.
“Gabah tidak kunjung dibawa ke penggilingan karena pemilik belum tentu langsung membelinya. Jumlah (gabah yang hendak dijadikan beras) terlalu banyak,” kata Kepala Kampung Padang Raharja Sutarjo, Selasa (27/10/2020).
Sutarjo memperkirakan ada sekitar 60% gabah milik seluruh petani setempat belum digiling menjadi beras. Dia pun kerap menerima keluhan dari para petani. “Hampir setiap hari saya menerima aduan tentang gabah yang menumpuk karena tidak kunjung bisa digiling (menjadi beras).”
Areal penanaman padi mencapai sekitar 500 hektare di Padang Raharja. Hasil panen dalam bentuk beras dihargai Rp7.000 sekilogram. Selain kepada Bulog, beras tersebut dijual kepada penampung lokal untuk didagangkan kembali ke Kota Tanah Merah di Kabupaten Boven Digoel.
“Petani menanam padi dua kali setahun. Namun, penyerapannya (tingkat penjualan beras) masih sangat minim,” ujar Sutarjo.
Sutarjo (35 tahun), petani Padang Raharja mengaku mengalami kesulitan dalam melunasi pinjaman di bank karena penjualan beras saat ini tersendat. “Kami sangat berharap perhatian serius dari pemerintah dalam menyerap (membeli) beras petani.” (*)
Editor: Aries Munandar