Papua No. 1 News Portal I Jubi
Kupang, Jubi – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kupang, Apolinaris Geru mengatakan, para petani di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) sering terjebak hujan tipuan.
"Salah satu bentuk gangguan iklim yang membuat petani di NTT sering tertipu adalah 'false rain atau tricky rain' atau yang disebut hujan tipuan,”
Hujan tipuan atau false rain/tricky rain adalah hujan yang terjadi pada saat awal masuk musim hujan tapi secara kategori klimatologis akumulasi hujan selama satu dasarian (10 hari) belum mencapai 50 milimeter atau lebih.
Setelah terjadi hujan 3-4 hari petani mengambil keputusan untuk menanam karena dirasakan musim hujan telah tiba. Namun setelah itu tidak terjadi hujan lagi selama dua minggu sampai tiga minggu (long dry spell).
Akibatnya petani mengalami gagal tanam karena tanaman menjadi layu dan merana bahkan mati kekeringan karena tidak ada air (hujan), katanya menjelaskan.
"Salah satu bentuk gangguan iklim adalah hujan tipuan, membuat petani sering tertipu. Hujan dua atau tiga hari cukup tinggi, petani colok tanah sudah basah langsung tanam, setelah itu tidak ada hujan lagi," katanya.
Bentuk gangguan iklim lain adalah periode kering selama musim hujan atau 'long dry spell'.
"Ada juga periode hari kering yang panjang selama musim hujan. Artinya dalam kurun waktu periode musim hujan itu terjadi hari kering atau hari tidak ada hujan," katanya menambahkan.
Karena itu, dia menghimbau kepada para petani khusus untuk daerah-daerah seperti Kupang dan pulau Timor serta sebagian Pulau Flores agar pada bulan Oktober misalnya ada hujan sebaiknya bersabar dulu atau jangan dulu menanam.
Hujan kata dia, biasanya mulai normal dan sudah jauh lebih merata baru terjadi pada akhir November sampai awal dan pertengahan Desember.(*)